Showing posts with label FF. Show all posts
Showing posts with label FF. Show all posts

Monday, March 19, 2012

someone is twins??

cast: 
- Sabrina Ariellinda as Aouthor as You
- Park Hyun soo
- Jung Yohwan
- Kim Yoora


Aku terus berjalan menelusuri trotoar yang ramai oleh para pedagang yang menjajakan barang dagangannya kepada orang yang berlalu lalang mencari tempat berteduh. Mereka masih terus bekerja walau hujan deras menguyur tubuh mereka ataupun terik matahari menyenggat tubuh mereka tanpa ampun. Mereka melakukan itu untuk orang – orang yang mereka sayangi, hanya demi sesuap nasi sehingga mereka mengacuhkan bagaimana cuaca yang akan terjadi yang terpenting adalah mereka mendapatkan penghasilan yang bisa mereka bawa untuk orang – orang yang mereka cintai. Hujan rintik – rintik terus terasa mengenai tubuhku. Aku berhenti dan mendongkakkan kepalaku menatap langit tidak ada tanda hujan akan turun karena langit sangat terang dan berwarna biru. Aku meneruskan langkah ku tanpa mencari tempat berteduh tapi hujan semakin deras menerpa tubuhku. Aku melihat halte bus yang berjarak beberapa meter dihadapanku. Aku berlari menuju halte bus. sampai dihalte bus seluruh tubuhku sudah basah kuyup, ada beberapa orang yang mengikuti ku dari belakang untuk berteduh dihalte itu juga. Aku duduk dihalte sambil menunggu hujan reda dan menatap rintik - rintik hujan yang terus turun, yang membawa ingatanku kebeberapa kenangan yang tidak mungkin untuk aku lupakan.

Pikiran ku melayang kedalam kenangan beberapa tahun silam, saat aku masih bersama orang yang sampai saat ini menjadi penguasa hatiku.

“ayoooo baduut!! Kejar aku..!!” teriak kim hyun soo memanggilku kemudian berlari – lari kecil menerobos hujan.

“apa kau bilang? Badut? Aku bukan badut!” aku berteriak sambil mengacungkan pencil panjang yang diberikan Hyun soo kepadaku sebagai hadiah karena aku bisa mengalahkanya bermain hola hop dengan anak – anak dipanti asuhan. Aku berlari menerobos hujan mengejar hyun soo.

“buuk!!!” pensil yang ku pegang mendarat di kepala hyun soo. Hyun soo berhenti dan memegang kepalanya yang terkena pencil.

“yaaa… Ariel-ssi..!! apa – apaan kau melemparku dengan pencil ini? Kau kira itu tidak sakit kah?” hyun soo mengambil pensil yang ku lempar kemudian berbalik.

“mwo?” hyun soo terkejut, karena aku sudah berdiri dibelakangnya sambil menundukkan kepala. Wajahku terasa sangat dingin dan kaku.

“ariel~a.. gwaenchana??” tanya hyun soo dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

“ne, gwaenchana, tapi aku kedinginan hyun soo.” jawabku dengan lirih.

“ya sudah, ayo kita ketempat ajumma.” Hyun soo melepas mantel tebal yang dipakainya dan memakaikan ketubuhku.

“ayoo, kita berteduh ditempat ajumma, makan ramyeon sambil menunggu hujan reda” hyun soo menunjuk, Sesampai direstoran milik ajumma yang ada didepan sekolah. Hyun soo membantuku duduk.

“kenapa ini?” tanya ajumma berlari keluar dari tempat memasaknya berjalan kearahku dan hyun soo. Ajumma juga membantuku duduk, berlari kebelakang kemudian kembali lagi dengan segelas teh panas.

“ayo minum ini” ajumma meletakkan gelas teh dimeja tepat didepanku. Hyun soo mengambil gelas teh dan membantuku meminumnya.

“kalian kenapa lagi bermain hujan?” tanya ajumma yang sedari tadi masih duduk disebelahku dan hyun soo. Dia menatap aku dan hyun soo dengan tajam. “yaa.. kau anak nakal!” ajumma membentak hyun soo.

“yaa.. ajumma..!! aku tidak mengajaknya bermain hujan. aku akan pulang kerumah karena eomma memintaku untuk pulang lebih cepat. Tapi dia mengikutiku sampai gerbang depan.” Jawab hyun soo dengan suara lantang.

“ya, berani – beraninya kau bersuara lantang dengan ajumma - ajumma?” ajumma menampar kepala hyun soo. Ajumma meletakkan kedua tangannya di pinggang sambil menatap hyun soo dengan tajam.

“mianheyo ajumma, aku benar – benar tidak mengajaknya, aku hanya menarik rambutnya dan dia mengikutiku” jawab hyun soo dengan pelan terlihat sekali dia ketakutan melihat ajumma marah.

“ne, ajumma. Aku yang mengikutinya” timpalku sambil menatap hyun soo yang terus menundukkan kepalanya.

“ahh.. ariel-yaa.. kenapa kau selalu membelanya?” ajumma menunjuk hyun soo.

“karna dia tidak bersalah ajumma” jawabku sambil tersenyum.

“oooh, arasso! Kalian tunggu disini, aku akan membuatkan kalian ramyeon” ajumma meninggalkan aku dan hyun soo. Aku menatap hyun soo yang masih tertunduk saja sejak dibentak oleh ajumma.

“yaa.. hyun soo-ssi kenapa kau terus menunduk saja?” aku menyentuh tangan hyun soo perlahan. Tiba – tiba hyun soo memegang tanganku.

“aku tidak pernah sepanik ini dan aku tidak pernah membentak perempuan sebelumnya.” Ujar hyun soo dengan lirih. Ia mengangkat kepala dan terlihat wajahnya pucat.


###


Aku tersentak melihat wajah Hyun soo yang pucat setelah membentak ajumma tadi. Dia sangat menghormati perempuan terutama ibunya. memang selama 2 tahun aku menjadi temannya aku tidak pernah melihat dia membentak perempuan ataupun membantah ucapan ibunya. Dia sangat dan selalu menghargai perempuan, dia selalu berkata halus walau di sangat membenci perempuan itu. *malaikat berhati apadeh dia?*

Dia ketua kelas, orang paling pintar disekolah dan seorang yang sangat sederhana walaupun dia kaya, satu lagi dia juga tampan *aku tekanin lagi ya sodara – sodara!!* Dia itu tampan!. Itu yang membuat semua gadis disekolah berlomba – lomba untuk mendekatinya. Tapi dari sekian banyak gadis yang selalu memberinya hadiah dan mengatakan kata – kata cinta padanya tidak seorangpun yang mengusik hatinya. Tidak semua wanita bisa menjadi sahabatnya dan aku adalah satu – satunya wanita yang bisa menyuruh, memerintah, *menyuruh ama memerintah sama g sih?* membentak atau meminta dia melakukan dia apa saja untukku.

semua itu terjadi karena 2 tahun yang lalu, ketika aku pertama kali datang ke seoul dan hari pertama aku bersekolah. Hari itu sangat membosankan untukku karena aku masih belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahku yang baru. Aku hanya mempunyai seorang teman dikelas. Sedangkan yang lain hanya memperkenalkan diri, walau banyak anak – anak kelas lain berdatangan kekelas hanya untuk melihat aku. Mereka berbisik – bisik mengunakankan bahasa korea yang jelas saja aku belum menguasainya dengan baik.

“baiklah anak – anak pelajaran hari ini cukup sampai disini, besok tugas harus dikumpul” myungsoo sonsaengnim menutup pelajaran hari ini. Aku rasa pelajaran hari ini sangat membosankan karena pelajaran yang mereka pelajari sudah terlebih dahulu ku pelajari di sekolahku sebelumnya. *sombong beneeer!!*

“ariel~ssi, apa kau akan pulang sekarang?” tiba – tiba seorang laki – laki menghampiriku.

“ne!” jawabku singkat sambil menganggukkan kepala. Aku hanya menatapnya sekilas kemudian memasukkan semua buku – buku yang bertumpukkan di meja. *kek banyak bener bukunya? Padahal Cuma 4 biji(?)*

“apa kau ingin pulang bersama ku?” tanyanya lagi. dia benar – benar laki – laki yang tak tau malu. Bagaimana mungkin mengajak ku pulang bersama tapi aku tidak mengenalnya siapa? Tapi tunggu kenapa semua wajah didalam kelas menatapku dengan tatapan yang penuh iri? Siapa laki – laki yang berada dihadapanku ini. Memang dia telihat tampan seperti uzzlang (cowo korea yang punya muka guanteng itu loh reader. Udah taukan..kan..kan??) *aouthor dilempar batu*. Tapi aku tidak tertarik sedikitpun!

“ooo.. joneun jung yohwan~rago hamnida, nan dangsin~ui seonbaenim.(aku jung yohwan, kakak kelasmu)” Ujarnya sebelum aku melontarkan pertanyaan yang sudah menggantung dikepala ku. *emang bisa ya pertanyaan gantung gitu? Kkk~*

“bagaimana tawaran ku ariel~ssi?” tanyanya lagi dengan penuh harap. Aku menatap ke sekeliling kelas, yeoja - yeoja yang masih berada dikelas menatap sanggar kearahku.

“aaaaa~ jeongmal mianhae seonbaenim, hari ini adalah hari pertama aku bersekolah, aku ingin pulang sekolah sendiri karena aku ingin menghapal jalan menuju rumahku.” Jawabku berpura – pura karena aku tidak tertarik pulang bersamanya, walaupun dia memiliki wajah yang tampan. *mwooo?? Sombong nih ariel*

“aaaa~ baiklah, lain kali kau harus mau pulang bersamaku, karena kau adalah wanita pertama yang menolak untuk pulang bersamaku.” Jawabnya dengan wajah terkejut, kecewa dan seketika berubah menjadi sinis, kemudian berlalu meninggalkan ku. Aku hanya menatap denga tatapan yang innocence.

Semua mata didalam kelas seperti tidak percaya jika aku baru saja menolak ajakkan seorang laki – laki yang sepertinya mempunyai charisma disekolah ini.

“yaaa… ariel~ssi. Kau menolak pulang bersama yohwan oppa?? Kau sangat daebak!! kau tau dia itu salah satu namja terganteng disekolah ini. Tidak ada seorangpun yang menolak pulang bersamanya.” Teriak Kim Yoora disebelahku. Aku pikir dia sudah pulang dari tadi dan seketika para yeoja didalam kelas bergerombol mendekat ketempat dudukku.

“kau tau? Tidak seorangpun yang berani menolaknya untuk pulang bersama. Kau menolaknya!!” ujar yeoja yang duduk dibelakangku mengulangi kata - kata yang hampir sama dengan yang diucapkan Yoora kemudian di ikuti anggukan yeoja – yeoja yang lain.

“apa dia sangat ganteng?” tanyaku dengan wajah datar.

“aniyooooo!!” jawab mereka serempak, aku terkejut melihat reaksi mereka yang bersamaan seperti itu.

“sebenarnya ada seorang lagi yang lebih tampan, pintar dan kaya dari dia. Tapi aku tidak tahu kenapa dia tidak datang kesekolah hari ini. Dia duduk tepat disebelah kiri mu.” Yoora menunjuk kesebelah kiri ku, aku menatap yurin sejenak dan menatap yeoja - yeoja yang lain dan mereka dengan serempak kembali menganggukkan kepalanya.

“dia juga ketua kelas kita!” celetuk salah satu dari mereka.

“apa dia sangat tampan?” tanya ku untuk yang ke dua kalinya dengan wajah innocence.

“Neomuuuuuuuuuu!!” teriak mereka bersamaan. Aku berdiri dari tempat dudukku bersiap – siap untuk meninggalkan tempat dudukku.

“aah, baiklah. Setampan apapun dia aku tidak perduli! Aku mau pulang, annyeong!” ujarku acuh tak acuh. Kemudian meninggalkan mereka yang tertegun melihat sikapku yang acuh tak acuh. Lagi pula perduli apa aku dengan ketampanannya itu? Aku tidak perduli ujarku.

Aku menyusuri koridor sekolah, menuruni tangga, melewati taman sekolah, lapangan bola, lapangan baket dan lapangan upacara. *gila.!! Gede bener ya sekolahnya? O.o aouthor kok bingung?*

Tiba disebuah persimpangan aku melangkahkan kaki ke kiri padahal arah pulang kerumah kesebelah kanan. Aku sengaja tidak meminta pengawal ku untuk menjemput hari ini karena aku ingin melihat – lihat kota yang akan menjadi tempat tinggal baruku.

Aku merasa aku sudah sangat jauh berjalan, aku menatap sekeliling sangat sepi, apa aku tersesat? Bisikku dalam hati sambil terus melangkahkan kaki ku dengan santai. Tidak jauh dari tempat ku berdiri aku melihat seseorang namja yang sedang dikeroyok oleh tiga orang namja yang bisa diperkirakan mereka seumuran. Aku berlari mendekat.

“yaa.. apa yang kalian lakukan?” aku berlari menarik orang – orang yang mengeroyok. Mereka masih saja memukuli namja itu tanpa memperdulikan teriakkanku, seorang dari mereka mendorong tubuhku sehingga aku jatuh tersungkur. Aku merlihat wajah namja itu yang bersimbah darah. Aku melihat sebuah balok kayu terletak di sebelah tong sampah tidak jauh dariku. Dengan sekuat tenaga aku mengambil balok dan memukuli ketiga orang namja yang mengeroyok itu. Dua orang dari mereka berlari meninggalkan aku yang masih memukuli salah satu diantara mereka yang sudah bersimbah darah.

“aku bilang jangan mengeroyoknya lagi!! Apa salahnya?” teriakku terus memukulinya tanpa ampun. aku kehilangan kontrolku rasa kasihan dan iba sudah hilang entah kemana.

“kenapa kalian selalu menindasnya” kenapa??” teriakku sambil menangis, ingatanku kembali kedalam kejadian 3 tahun yang lalu, saat seseorang yang paling ku sayangi dan ku hormati, selain appa dan ama dikeroyok oleh teman sekolahnya sendiri, mereka mengeroyoknya tepat didepan mataku dan karena peristiwa itu juga ia pun pergi meninggalkan aku untuk selamanya. Aku mengangkat balok bersiap – siap akan memukul namja itu lagi. tiba –tiba seseorang memegang tanganku dengan kuat.



sampai sini dulu ya readers! soalnya otakku udah mampet *dikira selang aer apa?* kalau kalian suka dan ingin dilanjutin Comment ya? trus kalo ada kejanggalan gitu comment juga ya? biar nanti aouthor bisa lebih baik lagi :)


neomu gamshaeyo raeders! saranghae kkkkkk~~ (^.*)

Friday, February 24, 2012

This love is punishment?!!

Cast :
kim yoora as you
Lee donghae dan masih ada yang dirahasiakan.

Co:
Kim yurin
Kim ryeowook Dan masih ada yang di rahasiakan.

Genre : romance and friend


Ini ff pertama yang berhasil aku buat :D setelah perjalan panjang dan perjuangan yang tidak mudah aku baru berhasil sebagian membuatnya. “lebay dikit”

Buat readers yang bacanya comment yah kasih saran atw apa deh terserah! Trus maaf kalo ada kesamaan sama FF yang penah kalian baca karena saya masih manusia yang tidak lepas dari kesalahan *bukan berarti aku plagiat yah! Itu mungkin kebetulan sama karena aku jarang baca FF Cuma baca punya si linda aja sering!*

Selamat membaca yah!!


Aouthor POV

“hyung, eodika??” terlihat seorang laki – laki sedang menelpon seseorang. Dia terlihat gugup dan bingung.

“aku dimana?”

“kau sudah bangun?” laki – laki itu menutup telpon dan mendekati gadis yang terbaring diatas ranjang rumah sakit. Kepala, tangan dan kaki perempuan itu diperban.

“kamu siapa? Kenapa aku ada disini? Kenapa kaki ku tidak bisa bergerak?”

Aku merasa asing dan tidak bisa mengingat apa yang terjadi, yang terlihat hanya sebuah ruangan yang serba putih dan seorang pria berumur tidak jauh dari umurku.

“apakah kamu lupa siapa kamu?” tanyanya lagi dengan serius. Dan terlihat kekhawatiran diwajahnya. Dia berdiri dihadapanku, seorang laki – laki yang sempurna walau aku tidak mengenalnya.

“ani, aku lupa semuanya. Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?” keluh ku sambil memegang kepala. Berusaha mengingat sedikit hal tentang ku, tapi aku tidak bisa mengingatnya sedikit pun.

“Euisaaaaaa (dokter)!!” teriak laki – laki itu sambil memencet alarm pemanggil dokter dan beberapa menit kemudian dokter dan perawat datang. “ada apa?” tanya dokter yang sudah berdiri dihadapan ku.

“kenapa dia tidak bisa mengingat apapun?”ujar laki – laki itu dengan nada tinggi. “benarkah? Saya akan memeriksanya terlebih dahulu.” Dokter mendekat dan memeriksa ku kemudian keluar meninggalkan ruangan tanpa meninggalkan satu katapun. Di ikuti oleh perawat yang menggikutinya dari pertama masuk.

Sesaat kemudian perawat datang membawa kursi roda. Dan membawa gadis itu kesebuah ruangan, mata gadis itu di tutup. Setelah setengah jam kemudian. perawat diantarkan kembali keruang perawatannya.

“kenapa aku tidak bisa mengingat siapa aku? Kenaaaaaapaaaaaaaaa??” gadis itu berteriak – teriak dan melempar semua barang yang ada didekatnya. perawat datang menenangkan dan menyuntikkan obat penenang.


###


Keesokan harinya~


Donghae POV

“Dia tertidur sangat pulas sekali. Dia terlihat sangat cantik seperti itu” gumam ku dalam hati. “Apa aku tidak sangat bersalah jika aku melakukan hal ini semua.” Bisik ku didalam hati sambil terus memandangi gadis yang sedang tertidur pulas dihadapanku. “matanya yang bulat, hidung mancung dan bibir tipis yang merah. Dia sangat cantik dan terlihat seperti bidadari ini. Dan heiii.. bulu matanya yang panjang” aku mendekat dan menyentuh bulu mata gadis itu. Kemudian membelai lembut rambut hitam dan lebat miliknya yang tergerai di atas tempat tidur. Tiba – tiba tubuh gadis itu bergerak dan perlahan – lahan matanya yang cantik itu membuka seperti matahari yang mulai bersinar dipagi hari. Aku memundurkan kakiku selangkah kebelakang dan terus menatap gadis yang ada dihadapanku. Dia menatap kesekeliling ruangan dan berhenti ketika matanya bertemu dengan mataku. Dia terlihat terkejut dan sedikit kebingungan.

“annyeong haseyoo!! Kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu nyenyak?” tiba – tiba tanpa sadar aku menyapanya.

“Dangsineun nuguseyo?(siapa kamu?) Apa kamu menggenal ku?”tanyanya dengan pandangan penuh tanya.

“oo. Tentu saja aku mengenalmu. Sangat mengenal mu” senyumku kemudian mendekat sambil membantuku untuk duduk di tempat tidur.

“oh, jadi kamu siapa?? Ceritakan, palli..palli aa” dia terlihat antusias sekali ketika aku mengatakan jika aku mengenal siapa dia. Dadaku bergetar dengan kencang melihat mata hitamnya yang tajam, yang terus menatapku seperti melemparkan seribu pertanyaan. “Aku bingung apa yang harus aku katakana tentang ini semua. Jika aku mengatakannya apa aku sanggup jika dia menatapku dengan tatapan kebencian?” bisikku didalam hati.

“iya, aku akan menceritakan tapi lebih baik kamu sarapan dulu kemudian aku akan menceritakan.” Aku berjalan menuju meja dan mengambil sarapan untuknya. Ini cara yang tepat untukku supaya semetara waktu dia tidak menanyakannya lagi. karena aku harus menyusun sebuah rencana baru. “ah.. aku benci dengan ini semua!” teriakku didalam hati. “aku akan memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian nanti aku baru menceritakan hal yang sebenarnya.” aku berjalan kearahnya yang terus menatapku dengan tatapan yang benar – benar membuat seisi hatiku seperti akan melompat keluar.

Aku mengaduk – aduk bubur yang ada dimangkuk dan bersiap – siap akan menyuapkan sendok pertama untuknya. Jujur ini adalah pertama kali aku menyuapi orang lain, aku bingung harus bagaimana, tapi seingatku saat aku sakit dahulu eomma menyuapiku dengan sedikit demi sedikit. Aku benar – benar merasa ini hal yang tidak bisa aku lakukan jika aku tidak terpaksa.


#######


Yoora POV

laki – laki kemarin masih disampingku ketika aku membuka mata, dia berdiri tepat dihadapanku. Terlihat dengan jelas kantung mata laki – laki itu berwarna gelap dan bengkak, menandakan jika dia kurang tidur. “siapa dia sebenarnya? apa dia menganalku dengan baik? apa dia orang berarti untukku?” tanyaku didalam hati. begitu banyak pertanyaan yang terlintas dikepalaku.

Annyeong haseyo. Kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu nyenyak?” tiba – tiba dia menyapaku dengan tatapan mata yang sangat membuat hatiku sejuk. Matanya mengambarkan ketenangan dan seperti menyimpan sebuah rahasia yang sulit ditebak.

“ dangsineun nuguseyo?(siapa kamu?) Apa kamu menggenal ku?”tanyanku dengan hati – hati. aku takut jika dia benar – benar orang yang aku kenal dan sekarang aku tidak mengingatnya lagi, itu akan membuatnya sedih dan kecewa.

“oo. Tentu saja aku mengenalmu. Sangat mengenal mu” dia tersenyum menatapku dan membantuku untuk duduk. Aku tidak bisa mengatakan apa yang terjadi dengan ku saat ini. Tapi aku merasa jika dia adalah orang yang baik, dia seperti pigur kakak yang sangat perhatian dengan adiknya.

“oh, jadi kamu siapa?? Ceritakan, palli..palli aa”

“iya, aku akan menceritakan tapi lebih baik kamu sarapan dulu kemudian aku akan menceritakan.” Dia berjalan menuju meja dan mengambil sarapan untukku, dengan telaten dia menyuapiku. Aku semakin penasaran siapa laki – laki ini. Mengapa dia begitu baik dengan ku. Mengapa dia mau mengurusku yang tidak bisa mengingat siapa diriku.

“aku sudah sarapan. Sekarang kau harus menceritakan kepadaku.” Ujar ku sambil menatapnya. Dia berjalan menuju meja untuk meletakkan mangkuk bubur yang menurutku tidak rasa sedikitpun dan benar – benar tidak enak. tapi, aku paksakan untuk memakannya supaya dia mau memberitahu ku siapa dia dan juga siapa aku.

Laki – laki itu duduk kembali di kursi dekat tempat tidur mengadap ke arah ku. Kemudian tersenyum menatap ku. Aku merasakan sebuah getaran kecil dihatiku dan terasa wajah ku memanas. Senyum laki – laki itu tidak asing bagi ku, terlihat begitu nyaman untuk ku.

“Jeoneun Lee Donghae (aku lee donghae). Kamu tunangan ku.” Ujar laki – laki itu dengan jelas. Tapi seperti ledakan petasan yang kuat untukku. Sangat mengejutkan dan hati ku bergetar lagi, kali ini terasa darah diseluruh tubuhku mengalir dengan cepat. “Dia tunanganku? “ bisikku dalam hati. Aku menatapnya dengan tajam. Terdengar dia menyebutkan nama ku dengan jelas. “Nama ku Park Yoora, aku mengalami kecelakaan 3 hari yang lalu dan koma selama sehari.” Aku mengulangnya lagi didalam hati. Terasa tangan yang hangat mengengam tangan ku yang menyadarkan aku dari lamunan.

“jeongmalyo?? Aku tunanganmu?” tanya yoora lagi.

“Noe, kau tunangan ku.” Ujarnya kemudian mendekati ku dan memelukku. aku masih tidak percaya jika dia adalah tunanganku. Tapi senyumnya yang tidak asing itu membuat ku memilih untuk percaya jika Lee Donghae adalah tunangannku.


###


Satu minggu kemudian~


Aouthor POV

“annyeong haseyo yoora~ssi (selamat pagi nona yoora)” kata perawat membuka gorden. Cahaya mata hari masuk kedalam ruangan dan terlihat sangat cerah. Sangat menyilaukan mata, langit terlihat begitu biru.

“oh, annyeong haseyo ganhosa!! (selamat pagi perawat)” jawab yoora. membuka selimut yang menutupi setengah tubuhnya berusaha untuk duduk. “bagaimana kaki mu?” tanya perawat mendekat dan memeriksa pergelangan kaki yang terkilir. Perban yang ada di sekitar badannya sudah mulai dilepas. Walau masih ada luka yang belum sepenuhnya kering.

“sudah sedikit lebih baik. Hanya luka yang ada dilenganku saja yang masih nyeri.”

“oh, luka dilengan, dahimu belum terlalu kering. Sebentar lagi saya akan menganti perbannya” perawat memeriksa impus yang digantung di sebelah tempat tidur yoora. “ini impus terakhirmu non yoora, setelah ini kau bebas hanya butuh waktu untuk istirahat saja.” Gumam perawat terus memeriksa impus tanpa menatap yoora sedikitpun.

“perawat, sudah 6 hari tunangan ku tidak datang kesini. apakah tunanganku datang kemarin? Karena kemarin aku tertidur seharian.” Tanya yoora, sambil menatap perawat yang sedang mengambil perban dan obat – obatan yang diletakkan didalam lemari kecil di samping tempat tidur yoora.

“aniyo. Kau pasti terkena pengaruh obat – obatan pereda rasa sakit yang kau minum sehingga tertidur seharian.” Mendekat dan membawa satu kotak obat – obatan dan perban. Kemudian meletakkannya di sisi tempat tidur.

“oh. Kenapa dia tidak datang kesini? Apa dia tidak perduli dengan ku?” tanya yoora lagi menatap perawat yang sedang mengulung lengan baju yoora.

“aniyoo yoraa~a bukan dia tidak perduli tapi mungkin dia sedang sibuk. Dia pasti sangat merindukanmu.” Jawab perawat sambil membersihkan luka yoora dengan anti septic. Perawat tersenyum melihat wajah yoora yang terlihat bingung, karena sudah hampir seminggu Donghae tidak datang menjengguknya.

“aaaa.. perih, perih!!” teriak yoora meringgis kesakitan. “oh, sabar,sabar. Sedikit lagi selesai.” Ujar perawat, lagi – lagi perawat itu tersenyum melihat tingkah yoora seperti anak kecil.

“greeeeeekk.” Suara pintu dibuka. Donghae berdiri didepan pintu membawa sebuah buket bunga mawar dan satu kantong buah. menatap kearah yoora dan perawat “yoora ya~” Donghae berjalan mendekat kearah tempat tidur. Kemudian meletakkan kantong buah di sisi tempat tidur bersebelahan dengan kotak obat.

“nah, ini dia datang baru saja kau menanyakannya.” Kata perawat. Meletakkan gunting di kotak obat dan membenarkan perban yang ada di kening yoora.

“oh, panjang umur dia ya?” jawab yoora sambil menatap donghae yang sudah berdiri tepat dihadapannya. “kalian sedang membicarakan aku?” tanya donghae. Mengambil kantong buah yang diletakkan disisi tempat tidur kemudian meletakkan kantong buah di meja dan memberikan buket bunga mawar merah ke yoora.

“anii~” yoora mengeleng - gelengkan. Mencium bunga yang baru saja diberikan donghae. Yoora menatap Donghae yang berdiri di depannya. “ dia tunangan yang sangat baik untukku. Dia satu – satunya orang yang aku kenal sekarang.” Bisik yoora dalam hati.

“ah, selesai.” Perawat menutup kotak obat menyadarkan yoora dari lamunan. “oo. Gamsahamnida.” Kata yoora sambil membungkukan kepalanya spontan. “oh. Ne, itu memang tugasku merawat pasien. Aku akan meninggalkan kalian berdua. Donghae-ssi, tolong jaga yoora ssi.” Ujar perawat sambil tersenyum menatap yoora dan donghae bergantian.

“ooh, itu pasti ganhosa! Aku akan menjaga tuan putri ini.” Kata donghae menatap yoora dan mengacak – acak rambutnya sambil tersenyum.

“ne, annyeong” perawat berjalan terburu - buru menuju pintu. Terlihat wajah perawat memerah saat donghae tersenyum dan sedikit kaku. Yoora ingin bertanya mengapa tapi perawat sudah menghilang dibalik pintu.

“oppa, kenapa orang tua ku tidak datang menjengguk ku disini?.” tiba – tiba yoora menanyakan tentang orang tua sambil menatap donghae yang sedang mengupas jeruk disebelahnya.

“oh.” Donghae tersentak dan menghentikan mengupas jeruk dan memandang yoora dengan wajah sedikit bingung. “mereka dimana oppa? Aku tidak mengingat wajah mereka. Aku ingin bertemu mereka.” Tanya yoora lagi, belum sempat donghae menjawabnya, dia bertanya lagi.

“chagi. Bukan oppa tidak mau member itahu orang tuamu. Tapi apakah ini akan menjadi masalah besar kalau mereka tahu anak mereka lupa dengan mereka?” Donghae meletakkan jeruk di atas piring buah kemudian memegang pipi yoora dan menatap mata yoora dengan tajam.

Mata itu tajam dan sangat menyejukkan. Ada satu hal yang tidak bisa dikatakan lewat kata – kata membuat yoora yakin jika donghae tidak mungkin akan menyakitinya atau membuatnya terluka. Sejak pertama melihat mata itu yoora sudah tidak asing dan merasakan getaran yang membuat dia merasa nyaman didekat donghae.

“Menurut oppa, lebih baik kamu memulihkan ingatanmu kembali dan kamu pasti akan mengingatnya dengan mudah. otthae?” tanya donghae lagi.

“geurae oppa. Aku harus mengingat semua memory dikepalaku dulu baru menemui appa dan amma. Oppa, akan membantuku kan?” yoora menghentakkan tangannya yang digenggam oleh donghae.

“oh, tentu saja chagi.” Jawab donghae tersenyum sambil membelai rambut yoora.

“tapi oppa, bolehkah aku pulang saja? Karena aku kesepian disini.” kata yoora menatap donghae dengan wajah memelas.

“oo. Pulang?” donghae juga menatap mata yoora dan membantunya berbaring ditempat tidur.

“kau belum sepenuhnya sembuh yoora. Lebih baik kau disini sampai benar – benar sembuh. Ada yurin euisa (dokter yurin) yang menemani mu disini.”

“Yurin euisa? nuguya?. (dokter yurin? Siapa?)” Tanya yoora setengah mengantuk.

“dia dokter khusus yang menangani mu.” Jawab donghae menyelimuti setengah badan yoora dengan selimut putih. Kemudian mengecup kening yoora dengan mesra.

“ sudah malam, oppa harus pulang.”

“ ne oppa, hati – hati di jalan. Besok oppa akan kesini?”

“jal jayo. Aniyo yoora. Seminggu kedepan oppa harus keluar kota. Kau harus cepat sembuh. Alright!!”

“ne alright oppa.” Angguk yoora. Donghae berjalan menuju pintu dan menghilang dari pandangan yoora. Yoora memegang kening yang tadi di cium oleh donghae kemudian tersenyum. Saat Donghae mengecup keningnya yoora merasa jika waktu berhenti sebentar serta darah di seluruh tubuhnya mengalir dengan cepat dan jantungnya berdegup kencang. Yoora merasa jika ia sangat gembira dan tidak ingin melupakan hal yang baru saja terjadi. Yoora yakin jika hari – harinya akan datang pasti akan indah bersama donghae. Walaupun, dia lupa semua tentang hidupnya selama ini. Selama donghae ada di dekatnya yoora yakin. Semua akan terlewati dengan baik dan juga bisa mengingat semua kenangan dengan perlahan.


###


Aouthor POV

Setelah donghae berpamitan pulang dengan yoora, ia tidak langsung pulang. Donghae menuju sebuah ruangan di ujung rumah sakit. Kemudian bertemu dengan seorang perempuan yang berumur tidak jauh darinya yang sedang duduk sambil memegang kaleng minuman ringan. Mereka berbicara dengan serius. Kemudian perempuan itu menelpon seseorang lewat ponselnya. Beberapa saat kemudian seorang perawat yang merawat yoora datang dan mereka berbicara bertiga.

“aku percayakan semuanya kepada kalian berdua.” Ujar donghae setelah sekitar setengah jam mereka berbicara serius.

“baiklah. Aku dan perawat akan menanganinya dengan baik” jawab perempuan itu. Yang ternyata seorang dokter.

“ aku harap kalian menjaga semuanya dengan baik. Aku tidak mau seorangpun tau hal ini. Akan sangat memalukan untukku nantinya. Jadi, aku mohon sekali lagi tangani dengan baik.” ujar donghae sebelum meninggalkan dokter dan perawat.


###


Seminggu kemudian~

Yoora POV

“annyeonghaseyo yoora~ssi. Kau bangun pagi hari ini?” tanya dokter yurin sambil membuka gorden. Cahaya matahari memancar kedalam ruangan sangat cerah.

“oh. Aku bangun pagi hari ini. Aku ingin sekali bermain keluar, sudah lama aku didalam ruangan. Bosan!” jawabku dengan wajah yang memelas. Sekarang ada dokter yurin yang selalu datang keruanganku untuk memeriksa luka – luka atau hanya mengajakku bercerita selain perawat. Dan pagi ini dokter yurin yang membangunkanku.

“aa. Geurae. Bagaimana kalau aku menemanimu bermain keluar?.” Dokter yurin mendekati ku dan membantu ku duduk di kursi roda.

“ooo jeongmalyo?.” Tanya ku menatap Dokter yurin.

“ne. aku akan menemanimu ketaman pagi ini.” Dokter yurin mendorong kursi roda menuju taman yang terletak didepan rumah sakit.

Sesampai di taman aku dan Dokter yurin berhenti di sebuah kursi tepat di bawah pohon dan ada sebuah pot bunga mawar yang sedang mekar di sebelahnya.

“apakah kita duduk disini saja yoora~ssi?” tanya Dokter yurin menunjuk kursi itu.

“ne. kita disini saja, aku suka mencium bau bunga mawar ini.” Tunjuk ku ke sebuah pot bunga mawar dan Dokter yurin duduk disebelah pot bunga menatap ku tajam.

“euisa~ssi. Kenapa kau menatap ku begitu?.” Tanya ku dengan heran.

“tidak apa – apa.” Jawab Dokter leni sambil memegang bunga mawar yang ada dipot.

“oh, euisa~ssi, dangsineun yoensega eotteokhe doesijyo? (dokter, berapa usiamu?)” tanya ku tiba – tiba. “Waeyo?(kenapa?)” Dokter yurin kembali bertanya. “ani, aku hanya ingin tahu saja. Bisakah aku memanggilmu eonni saja? Dan Dokter yurin tidak usah memanggilku yoora~ssi, hanya yoora saja atau dongsaeng.”

“dongsaeng?” Dokter yurin menatapku terkejut.

“euisaaa!!(dokter!!)” teriak yoora sambil mengoyang – goyangkan tangan tepat di depan wajah dokter yurinuntuk menyadarkannya dari lamunan.

“oo, geurae. Kau boleh memanggilku yurin eonni. Aku juga tidak mempunyai saudara perempuan.” Jawab Dokter yurin spontan sambil berdiri kemudian berjalan kebelakangku untuk membenarkan ikat rambut ku yang terlepas.

“yoora~a.” Setelah Dokter yurin membenarkan ikat rambut yoora yang berantakan.

“waeyo eonni?”

“eonni harus kembali ke rumah sakit. Apa kamu ingin kembali juga kekamarmu?” tanya Dokter yurin.

“oh, tidak eonni. Aku masih ingin disini.”

“geurae. Nanti setengah jam lagi eonni menjemputmu kembali disini.” Dokter yurin kemudian meninggalkan ku sambil berlari masuk kedalam rumah sakit.


####


Yurin POV

Sesampai di taman aku dan yoora berhenti di sebuah kursi tepat di bawah pohon dan ada sebuah pot bunga mawar yang sedang mekar di sebelahnya.

“apakah kita duduk disini saja yoora~ssi?” tanya ku menunjuk kursi itu.

“ne. kita disini saja, aku suka mencium bau bunga mawar ini.” Tunjuknya ke sebuah pot bunga mawar dan aku duduk disebelah pot bunga menatapnya tajam.

Aku merasa bersalah dan merasa hal ini sangat – sangat di luar etika ku sebagai seorang dokter. Seharusnya aku memberitahukan hal yang sebenarnya terjadi bukan seperti ini. Dia terlalu polos untuk menerima perlakuan ini. Aku sangat merasa bersalah dengan ini semua. Aku tidak sanggup melakukan ini tapi demi donghae aku rela melakukan ini. Apa ini semua tidak berlebihan?.

“euisa~ssi. Kenapa kau menatap ku begitu?.” Tanyanya dengan heran.

“gwaenchana.(tidak apa –apa)” Aku tersadar dari lamunanku dan pura – pura memegang bunga mawar yang ada dipot.

“oh,euisa~ssi, dangsineun yeonsega eotteokhe doesijyo?(dokter, berapa usia mu?)” tanyanya tiba – tiba. “waeyo?” aku menatapnya dengan heran. “ani, aku hanya ingin tahu saja. Bisakah aku memanggilmu eonni saja? Dan Dokter yurin tidak usah memanggilku yoora~ssi, hanya yoora saja atau dongsaeng.”

“dongsaeng?” aku terkesiap dan menatapnya dengan terkejut. “kenapa dia meminta ku untuk memanggilnya dongsaeng? Apa ini tidak salah?” bisikku dalam hati. akhirnya aku menyetujui dia memanggilku eonni. Aku tau ini sudah sangat jauh tapi jika aku tidak mengiyakan semua yang sudah aku lakukan bersama donghae akan terbongkar dan aku tidak ingin melihat donghae hancur.

“yoora~a.” Aku memanggilnya sambil membantunya mengikatkan ikat rambutnya yang terlepas.

“waeyo eonni?”

“eonni harus kembali ke rumah sakit. Apa kamu ingin kembali juga kekamarmu?” tanyaku pelan – pelan. aku ingin segera menghilang dari hadapannya sekarang, dia sangat polos dan sangat baik padaku. Aku sangat merasa semakin bersalah setelah mengiyakan permintaannya untuk menjadi eonninya. Berarti aku adalah salah satu orang yang berarti untuknya. Airmata ku sudah mengenang di ujung pelupuk mata, aku masih berusaha untuk menahannya. Aku tidak ingin dia melihatku menangis.

“oh, tidak eonni. Aku masih ingin disini.” jawabnya, setelah berpamitan dengannya aku berlari meninggalkannya sendiri di taman. Aku sudah tidak tahan untuk menahan air mataku. Aku berhenti dibelakang tembok rumah sakit dan airmataku mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.

“Aku benar – benar merasa bersalah padanya menyimpan semua ini. Tapi jika aku tidak menyimpannya bagaimana dengan donghae yang selama ini sudah bersusah payah mendapatkan pekerjaannya sekarang.” aku menatap yoora dari balik tembok rumah sakit dengan tatapan sendu. “aku tidak mau melakukan ini semua jika bukan karena donghae, aku terlalu menyayanginya. Bertahun – tahun aku menyimpan perasaan ini, tapi tak pernah sedikitpun aku berani menyatakan isi hatiku yang sebenarnya dan sekarang aku berani – beraninya membantu donghae melakukan ini? Saat pertama aku sudah menolak untuk melakukan ini, tapi permohonan donghae yang membuat rasa terlukaku karena harus membantu orang yang akan menjadi sainganku menjadi hilang seketika. Aku tidak sanggup menatap wajah donghae yang frustasi dan terlihat sangat kalut. Aku juga tidak sanggup untuk melihatnya hancur begitu saja.” Airmataku terus mengalir tapi cepat – cepatku hapus airmata yang mengalir, ketika aku melihat donghae dan ryeowook datang dari kejauhan.

“yurin~a, apa kau melihat yoora?” tanya donghae berjalan mendekat bersamaan dengan ryeowook dan berhenti tepat dihadapanku.

Hatiku berdebar – debar dan jantungku terasa akan segera melompat ketika tiba - tiba donghae melingkarkan tangannya dibahuku. Aku tidak tahu seperti apa wajahku sekarang. Apakah wajahku terlihat jelas jika aku menyukai donghae? Karena sejak tadi ryeowook tidak menyapaku sedikitpun tapi tatapannya membuat aku tida bisa menarik napas dengan lega.

“neo.. kim yurin~ssi?” tiba – tiba ryeowook menatapku dengan tajam sambil menujukan telunjuk kanan mendekat kearahku. Donghae hanya tersenyum saja mentap tingkah ryeowook yang lucu.

“ne, annyeonghaseyo ryeowook~ah.” Jawabku dengan diimbangin senyuman yang sangat ku paksakan. Aku masih terus mengontrol detak jantungku yang sudah tidak menentu, donghae masih saja melingkarkan tangannya dibahuku.

“noona.. neomu yeoppo..!!” tiba – tiba ryeowook berteriak dan melepaskan lingkaran tangan donghae dibahuku kemudian melingkarkan tangannya dibahuku.

“yaaah.. apa – apaan kau wookie??” donghae terdorong satu langkah kebelakang kemudian menepuk bahu ryeowook.

“hyung, kau sudah punya yoora bukan? Jadi jangan dekat dengan leni noona lagi. kau tidak tahu aku dari dulu sangat menyukainya.?” Ceplos ryeowook dengan ketus, kemudian menatapku dengan senyuman manis.

“arassso!!” angguk donghae kemudian tertawa melihat tingkah ryeowook. Perasaan ku sudah bisa ku kuasain dengan baik. ketika tangan ryeowook melingkar dibahuku, tidak ada perasaan yang aku rasakan ketika tangan donghae melingkar di bahuku. Perasaan yang amat sangat tidak bisa aku lukiskan dengan kata – kata dan ketika aku mendengar ceplosan ryeowook yang mengatakan dia menyukaiku pun aku tidak merasakan getaran apa – apa. Aku berharap perkataan itu keluar dari mulut donghae. Tapi mungkin itu hanya mimpi untukku. Karena dari dahulu donghae tidak pernah menganggapku wanita idealnya, walau aku sudah berusaha untuk menjadi seperti wanita idealnya, pandangan donghae masih sama seperti biasanya.

“ya.. noona melamun?” ryeowook menghentakkan tangannya yang melingkar dibahuku.

“ye?.” Aku tersadar dari lamunanku dan aku melihat mata donghae menatapku dengan tajam. Aku merasa wajahku sudah sangat merah sekarang.

“kau melihat yoora?” tanya donghae dengan pelan – pelan.

“aaa.. yoora dongsaeng?” tanyaku kembali.

“iyaa. Memangnya dirumah sakit ini ada berapa yoora yang dirawat?” tanya donghae sambil mentapku dengan heran

“aaa.. dia ada ditaman, katanya dia bosan didalam ruangan terus!” jawabku sambil menunjukkan tangan kearah taman tanpa berani menatap wajah donghae dan ryeowook.

“dasar kau!!” tiba – tiba donghae mengacak – acak rambutku dan berjalan meninggalkan aku. Tiba – tiba langkahnya terhenti dan kembali berjalan kearahku. Jantungku berdebar kencang. “kenapa dia kembali lagi?” gumamku didalam hati. dia berhenti tepat dihadapanku.

“mau sampai kapan aku mengandeng leni?” donghae menepuk bahu ryeowook yang sedari tadi menatapku dan masih melingkarkan tangannya dibahuku.

“aaah?? Hyung!! Kau menganggu kesenangan ku saja!” gerutu ryeowook sambil melepaskan tangannya dibahuku.

“aaah.. ayo cepat!!” donghae menarik tangan ryeowook tanpa mengucapkan satu katapun padaku. “nooona!! Sampai jumpa!” ryeowook melambaikan tangannya.


#####


Aouthor POV

“yoora~a kau ditaman ternyata, aku mencarimu kemana – mana untung ada Dokter yurin yang memberitahu.” Tiba – tiba donghae datang mendekat dari arah tangga. Seseorang mengiringinya dari belakang membawa sebuah kotak makanan. wajah yang tidak asing untuk yoora tapi yoora masih saja tidak bisa mengingatnya. Yang bisa yoora ingat sekarang adalah wajah Donghae, Dokter yurin dan perawat yang sering menganti impusnya sejak dia dirawat dirumah sakit ini.

“oh, oppaaa!! ne. Aku diantar oleh leni eonni kesini. Nuguya?” yoora menunjuk orang yang ada dibelakang donghae.

“oh.” Donghae tersenyum dan melirik kebelakang kemudian menarik orang itu.

“ini ryeowook. KIM RYEOWOOK!!” ulang Donghae dengan lantang.

“Apa kau tidak mengingat dia?” Donghae menepuk – nepuk bahu ryeowook. “Kim Ryeowook!” ulang yoora dalam hati. Dia sepertinya tidak asing dengan nama itu tapi tetap ingatannya tidak bisa mengingatnya lagi.

“eh? Apa oppa lupa apa yang terjadi dengan ku?” tanya yoora spontan dengan muka tiba – tiba berubah menjadi sedih.

“oh. Mianhae yoora. Oppa lupa.” Donghae tertawa kemudian duduk didepan yoora dan memegang tangan yoora.

“annyeonghaseyo eonni.” Ryeowook membungkukkan kepalanya. Yoora terkejut mengapa ryeowook memanggilnya eonni. Tapi untuk bertanya yoora sedikit tidak enak hati karena saat ryeowook datang yoora sudah tidak mengenalnya. Itu pasti membuat hati ryeowook sedih jadi yoora pura – pura meng-iyakan walau hatinya sangat penasaran. “ne. annyeong wookie.”

“eh. Wook-ah, Kenapa memanggil yoora eonni? Seharusnya kau memanggilnya noona” tiba – tiba donghae bertanya kepada ryeowook. Itu berarti yoora tidak perlu bertanya “kenapa?” karena donghae sudah menanyakannya lebih dulu.

“oh, aku memang memanggilnya eonni. Hyung~.” Jawab ryeowook menepuk bahu donghae dan mengedipkan matanya. Membuat yoora semakin penasaran. Tapi yoora mencoba untuk menepis rasa penasarannya karena ia merasa tidak enak hati dengan ryeowook.

“oh. Geurae.geurae.” donghae mengangguk – anggukkan kepalanya.

“eonni, aku membawakan mu makanan. Kita makan bersama – sama eonni.” Ryeowook membuka kotak bekal yang dibawanya dari dorm.

“oh. Kau membawa apa wookie?.” tanya yoora dibantu donghae pindah dari kursi roda ke kursi taman.

“aku membawakanmu kimbab eonni.” Ryeowook membuka kotak bekal yang dia bawa. “Ini adalah makanan kesukaan eonni. Aaaaaa..” ryeowook menyuapi yoora.

“ryeowook sepertinya sangat mengenalku. Dia tahu makanan kesukaanku tapi aku tidak bisa mengingat saat aku bersama donghae atau ryeowook” Bisik yoora dalam hati sambil mengunyah makanan yang baru saja di suapkan ryeowook.

“yoora ya~ masitta?.” Tanya donghae ikut duduk disebelah ryeowook.

“oh.” Angguk yoora.“jeongmal eonni?.” Tanya ryeowook dengan semangat. “ne wookie. Gomawoyo.” Yoora memakan kimbab dengan lahap.


###


Ryeowook POV

Donghae hyung menarikku ketaman setelah membuyarkan lamunanku saat sedang disebelah leni noona. Dia membawaku bertemu dengan seorang gadis yang dia ceritakan kepadaku tadi malam. Aku sangat ingin melihat gadis itu, seperti apa wajahnya?

Tiba – tiba donghae hyung berhenti didepan seorang gadis yang duduk di atas kursi roda. Dia memakai pakaian pasien, rambutnya hitam lurus dan di ikat kebelakang. Hidungnya mancung, matanya hitam dan bibirnya yang tipis dan munggil. Dia terlihat sangat cantik walau dikeningnya ada perban yang menempel. Bukankah wanita seperti ini adalah wanita idaman donghae hyung? Kenapa ini menjadi sangat kebetulan? Aku tidak mengerti apa yang terjadi sekarang.

“namanya KIM RYEOWOOK!” tiba – tiba donghae hyung menyebutkan namaku dengan lantang, sepertinya dia sengaja seperti itu untuk menyadarkan lamunanku.

“annyeonghaseyo eonni!” tiba – tiba aku memanggilnya eonni, seharusnya aku memanggilnya noona. Bagaimana aku menjelaskannya jika aku mengatakan aku salah memanggilnya, itu berarti ini pertama kali aku bertemu dengannya. Tiba – tiba donghae hyung menanyakan kenapa aku memanggilnya eonni bukan noona, dengan sigap aku mengatakan jika aku memang sudah memanggilnya eonni sejak dulu sambil menepuk bahu donghae hyung. Terasa sekali jika hal itu dibuat – buat. Tapi untung yoora tidak mempermasalahkan itu. Dia terlihat percaya dengan ucapanku, itu yang membuat aku lega.


###


Yoora POV

setelah selesai makan bersama ditaman. Tiba – tiba leni eonni datang menemui kami. “annyeonghaseyo.” Leni eonni berdiri didepan kami bertiga.

“oh. Yurin~ssi. Waeyo?” tanya donghae.

“yoora harus segera dibawa kekamar lagi. Karena dokter specialis akan datang memeriksa kesehatan yoora dan yoora juga harus beristirahat.”jawab yurin eonni sambil membantu ku pindah kekursi roda. “oh. Geurae. Kalau begitu kita lebih baik pulang hyung.” Kata ryeowook melirik kearah donghae yang duduk disebelahnya.

“ne, wookie.” Jawab donghae kemudian berdiri di ikuti oleh ryeowook.

“oppa, akan pulang?.” Tanya ku menatap donghae.

“ne chagi. Oppa akan pulang. Besok oppa tidak bisa datang karena ada pekerjaan di incheon. Tapi oppa akan mengantarkan mu ke kamar dulu kemudian baru pulang” jawab donghae sambil mendorong kursi roda di ikuti oleh ryeowook dan dokter yurin.

Sesampai di kamar donghae merogoh kantong celananya. “ Ini ponsel untukmu. Oppa akan menelponmu setelah sampai dirumah.” Dia memberikan ponsel dan mengecup kening ku sebelum pulang ke rumah bersama ryeowook.

Lagi – lagi donghae mencium kening ku. aku merasakan perasaan yang sama seperti saat donghae mencium keningnya pertama kali. Tapi perasaan ini sepertinya bukan perasaan gembira lagi karena dicium orang mencintaiku, kali ini donghae mencium keningnya di depan Dokter yurin dan ryeowook. Aku merasakan wajahnya sedikit panas dan mungkin terlihat bersemu merah karena malu.


###


Aouthor POV

Yoora sedang memainkan mainan ponsel yang diberikan oleh donghae 3 hari yang lalu. Donghae tidak menelponnya dari pertama donghae memberikan ponsel ini. Yoora ingin menelpon donghae tapi hal itu selalu di urungkannya lagi. “mungkin kata perawat waktu itu benar, oppa sedang sibuk. Tidak punya waktu untuk menelpon sebentar saja.” Bisik yoora dalam hati. Kemudian meletakkan ponsel di atas lemari kecil disebelah tempat tidurnya.

“tiiitttiiit…titiiittt..” tiba – tiba suara ponsel yoora berbunyi dengan sigap yoora mengambil ponsel kemudian mengangkatnya tanpa melihat dulu siapa yang menelponnya.

“yoora~a, oppa tidak bisa datang ke rumah sakit selama seminggu ini karena oppa sibuk. Are you okay chagi?” suara donghae terdengar dari seberang.

“benar kata perawat kemarin. Oppa sedang sibuk sekarang, suaranya terdengar sedang tergesa – gesa disana.”bisik yoora dalam hati.

“chagiya..!!” teriak donghae dari seberang dan terdengar khawatir.

“ne, oppa” yoora tersadar dari lamunannya.

“baiklah, oppa akan menutup telpon. Kamu harus cepat sembuh yoora. I love you.”

“tuuuttt..tuuut” suara telpon diputus. Sebelum yoora selesai berbicara. “eheeeeeeeeeehh..” yoora menghela nafas. “ternyata oppa sedang sibuk sekarang. Aku harus mengerti ini. Walau sebenarnya aku sangat bosan disini, tapi aku harus cepat sembuh dan aku bisa pulang segera.” Yoora berujar sendiri, menutup ponselnya dan meletakkan ponsel di sebelah tempat tidurnya.


###


Yoora POV

Sudah seminggu berlalu, tapi kenapa dia tidak juga datang menjengukku. Aku sangat bosan disini, yurin eonni dan perawat sekarang tidak bisa menemaniku setiap hari. Karena masih banyak pasien yang membutuhkan mereka. Aku menatap keluar jendela sambil mengembungkan pipiku. Tiba – tiba sebuah tangan menutup kedua mataku.

“yaaa~ nuguya?” aku memegang tangan yang menutup mataku. “coba tebak siapa?” jawab suara itu.

suara yang tidak asing bagi ku dan aku yakin itu suara donghae. “aaa.. pasti oppa!” aku menarik tangan yang menutup mataku dan benar itu suara donghae.

“kau sudah sembuh yoora?” tanya donghae sambil berdiri di sebelahku juga menatap keluar jendela. Jendela ini salah satu tempat yang menjadi favorit ku selain taman selama aku tinggal di rumah sakit ini.

“ne oppa” jawab ku sambil terus menatap orang yang ada di kejauhan terus berlalu lalang dibawah. “hanya ingatan dan keningku saja yang belum sembuh.” Raut wajah ku seketika berubah menjadi sedih karena sudah hampir sebulan lebih aku masih tidak bisa memiliki ingatan ku.

“yoora ya~ uljima.” Donghae tersenyum, kemudian menepuk – nepuk pundakku.

“ne oppa. Aku tidak menangis. Aku hanya sedih belum bisa mengingat siapa aku dan kenangan antara kita berdua oppa.” Tundukku sedih.

“itu tidak masalah yoora, sedikit demi sedikit kau pasti akan ingat.” Tiba – tiba Donghae mengenggam tanganku untuk memberikan kekuatan dan ketegaran. Dia tersenyum menatapku senyumnya yang sangat ku sukai, senyumnya yang membuat hatiku tenang, walau semakin hari perasaanku semakin tidak menentu, aku merasa bingung apa yang terjadi dengan hatiku, mengapa tidak ada getaran sekuat pertama dia mencium keningku waktu itu? .

“heeemm..” yurin eonni berdiri di depan pintu. Menatap kami dengan pandangan yang menurutku sangat aneh. Sudah sering aku ingin mempertanyakan ini tapi aku masih merasa ragu, apa ini benar atau hanya perasaan ku saja.

“oh, yurin-ssi. Waeyo?” tanya donghae melepaskan gengaman tangannya.

“sebentar lagi dokter spesialis akan datang memeriksa yoora, bisakah donghae-ssi keluar sebentar” jawab yurin eonni, kemudian mendekat kearaku dan membantuku berbaring ditempat tidur.

“oo, ne. yoora ya~ oppa akan pulang saja sekarang dan besok oppa akan datang kembali kesini. Kamu istirahat.”lagi – lagi donghae mencium keningku didepan yurin eonni. Dia pergi terlihat terburu - buru. “aneh sekali” bisikku dalam hati. Padahal aku belum sempat untuk mengatakan bahwa yurin eonni yang menjadi temanku selama donghae tidak ada. Dia teman yang sangat menarik dan baik terhadapku.

“yoora~a, eonni keluar sebentar. Kamu berbaring disini saja. Sebentar lagi dokter specialis akan datang memeriksa kamu.” Tiba – tiba leni eonni berlari menuju pintu dan menghilang dari pandanganku.

“aneh sekali” gumamku dengan bingung. Apa yang terjadi dengan oppa dan eonni? Apa mereka menyimpa sesuatu yang di rahasiakan?


###


Aouthor POV

“donghae-ssi, tunggu sebentar!” teriak dokter yurin dari kejauhan. Donghae tidak menghentikan langkahnya dan terus berjalan. Seketika donghae berhenti dan membalikkan badannya. Dokter yurin masih berlari menuju donghae. Kemudian mereka berjalan berbarengan menuju kursi yang ada di sudut rumah sakit sambil berbicarakan sesuatu yang terlihat sangat serius. Sesekali donghae menganggukkan kepalanya dan dokter yurin menepuk bahu donghae seperti memberikan kekuatan.

“yah, serahkan semuanya kepadaku!” dokter yurin berdiri kemudian berjalan meninggalkan donghae yang masih tertegun.


###


Donghae POV

“aku sangat merasa bersalah padanya, dia menganggapku eonninya. Padahal aku tidak pantas menerima panggilan itu. Dia terlalu polos, kadang aku ingin mengatakan yang sebenarnya padanya. Tapi saat aku mengingat semua perjuanganmu aku tidak bisa, aku tidak ingin melihatmu hancur” ujar yurin, menatap mataku dengan sendu. Terlihat sekali perasaan bersalah dimatanya, aku sekarang merasakan perasaan bersalah yang amat besar memaksa leni melakukan ini terhadap yoora yang juga tidak tahu apa – apa. Tapi aku terlalu egois untuk mengakui dan aku takut untuk meninggalkan semua yang aku miliki sekarang. Aku tidak bisa merelakan semua itu dengan mudah.

“aku tahu kau sangat tidak mau melakukan ini! Jika kau ingin mengakhiri ini tidak apa – apa. Aku akan menanganinya sendiri” ujarku dengan lirih, menatap ujung sepatuku tanpa berani menatap mata yurin lagi.

“tidak! Aku akan tetap membantumu sebisa aku membantumu.” Jawab yurin sambil menepuk bahuku lembut. “serahkan semuanya padaku!” leni berdiri berdiri dan berlalu meninggalkan aku sendiri.
“ini sangat sulit untuk ku” bisikku dalam hati. “aku tidak bisa menghadapinya sendiri. tapi aku harus terus menjaga yoora dengan baik.” aku beranjak dari kursi menuju taksi yang sedang parkir tepat didepan rumah sakit. Aku harus pulang kembali ke dorm karena pasti ryeowook menungguku untuk pergi sekarang.


###


Keesokkan harinya~

Aouthor POV

“annyeonghaseyo.” Donghae berdiri tepat didepan yoora menutupi matahari yang memancar masuk kedalam ruangan.

“oppa, sudah lama datang?” tanya yoora sambil mengucek matanya.

“ne, mungkin sudah satu jam oppa datang.” Jawab donghae berjalan kearah meja mengambil sebuket bunga mawar dan memberikan bunga itu.

“oppa berdiri disana selama satu jam? kenapa oppa tidak membangunkanku?” menatap mata donghae dengan heran. Sambil mengembungkan pipinya.

“oppa tidak tega membangunkanmu yang tidur pulas seperti tadi.” Donghae tertawa melihat ekspresi yoora dan mengacak – acak rambut yoora.
“Mianhae yoora” bisik donghae dalam hati sambil menatap yoora dengan tatapan yang sendu.

“oppa!!” tiba – tiba yoora berteriak, menyadarkan donghae dari lamunannya.

“ne, waeyo chagiya?” sahut donghae dengan spontan.

“oppa malah bengong” sunggut yoora.

“oh?” angguk donghae tertawa sambil mengaruk kepalanya.

“MIANHAE OPPA” ulang yoora dengan suara lembut tapi terdengar jelas.

“untuk apa minta maaf? Oppa senang melihatmu tidur, telihat lucu dan membuat oppa tertawa terus. Ini lihat foto mu.” Donghae menunjukkan wallpaper ponselnya yang terlihat yoora sedang tidur. “lucu bukan?” tanya donghae lagi.

“ehh..?” sunggut yoora sambil memajukan pipinya. Menunjukkan kalau ia kesal dikerjai.

“ yaah, ngambek!” ujar donghae sambil tertawa melihat tingkah yoora.

“eeeh!” yoora membuang muka.

“oppa, akan menceritakan beberapa hal tentang mu” celetuk donghae tiba – tiba. “apa?” tanya yoora yang masih saja membuang mukanya.

“tapiiii.. wajahnya hadap sini dong. Soalnya oppa disebelah sini buka sebelah sana.” Jawab donghae sambil tertawa melihat tingkah yoora.

“jangan tertawa lagi tapi!” sunggut yoora.

“iyaa..eheemm..heem..” donghae berusaha menahan tawanya.

“apa?” toleh yoora “hahaaaa…” seketika tawa donghae meledak lagi.

“oppaaa!!” teriak yoora, tapi tawa donghae semakin menjadi.


###


Yoora POV

“Dia menunggu selama satu jam tanpa membangunkanku. Dia hanya melihatku tidur saja? Dia sangat lucu dan romantis.” Bisikku didalam hati. aku merasa bersalah karena membiarkannya menungguku sampai aku terbangun sendiri tanpa membangunkanku.

“mianhae oppa!” ujarku

“untuk apa minta maaf? Oppa senang melihatmu tidur, telihat lucu dan membuat oppa tertawa terus. Ini lihat foto mu.” Dia menunjukkan wallpaper ponselnya yang terlihat wajahku yang sedang tertidur pulas. “lucu bukan?” tambahnya lagi.

“ehh..?” sunggutku sambil memajukan pipi, aku memperlihatkan wajah kesalku supaya dia tidak tidak terus – terusan mengolok ku. Tapi bukannya dia berhenti mengolok – olok dia semakin tertawa senang menatap wajah ku. Aku merasa wajahku mulai terasa memanas.

“oppaa!!” teriakku dengan wajah yang bersemu merah. “kenapa aku merasa sangat gembira sekali melihat senyum dan tawa itu?” bisik ku dalam hati. “aku tidak bisa mengeluarkan sedikit amarah ku. Aku malah merasa bahagia melihat dia tertawa seperti itu.” aku terus menatap donghae yang tertawa di hadapanku. aku pun tersenyum melihanya tertawa. Seketika tawanya terhenti.

“yoora~a, kau tersenyum?” donghae menatapku tajam.

“eh? Iyakah?” tanyaku dengan malu – malu.

“sudah lama aku tidak melihat senyummu sejak kecelakaan itu. Ini yang pertama kali aku lihat lagi. Aku sangat merindukan senyuman mu itu.” Ujar donghae yang terus menatapku yang membuatku salah tingkah. Aku merasa wajahku kembali memanas dan jantung berdegup dengan kencang seperti saat pertama donghae mencium keningku.

“ah, oppa berlebihan!” ujarku mengalihkan pandangannya ke arah jendela kamar. “apa yang ingin oppa ingin beritahu padaku?” tanyaku lagi.

“oh, baiklah. Oppa akan memberitahu hal yang kau suka dan tidak kau suka.” Donghae menarik kursi dan duduk mengadapku.

“apa itu?” tanyaku sambil menatap matanya tajam.

“kau sangat suka mawar merah, suka warna putih dan biru sama seperti oppa, Makanan kesukaanmu coklat dan kimbab, Kau juga suka pantai serta sangat suka menonnton film horror. Hal yang kau benci adalah badut, kacang dan warna pink. Setiap kali kau melihat badut pasti akan pucat pasi dan badan mu akan melemas. Kau selalu bersembunyi dibelakangku tiap kali kita sedang berjalan dan bertemu badut. Hahaha…” dia tertawa lagi dan kali ini aku ikut tertawa mendengar ceritanya mengenai diriku yang sangat takut dengan badut.


###


Aouthor POV

“annyeonghaseyo.” Tiba – tiba Dokter leni sudah berdiri didepan pintu.

“oh, yurin~ssi.waeyo? Apakah ada pemeriksaan lagi dan aku harus keluar?” tanya donghae beruntun.

“oh, aniyo donghae-ssi.” Dokter yurin berjalan mendekat.

“mianhaeyo. aku masuk sendiri, tanganku sudah merah mengetuk pintu tapi kalian sepertinya tidak mendengarnya. Aku hanya ingin memberikan surat pernyataan ini.” Dokter yurin mengacungkan sebuah amplop kemudian memberikan ke donghae.

“ yoora sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan untuk pulang kerumah lagi.” Kata dokter yurin sambil menatap kearah yoora.

“oo. Geurae?” tiba – tiba wajah donghae berubah memucat.

“oppa. Gwaenchana?” tanya yoora sambil memegang tangan kanan donghae dengan khawatir.

“ne, oppa gwaenchana” jawab donghae menatap yoora dan dokter yurin bergantian.

“berarti aku diperbolehkan pulang eonni?” tanya yoora sambil meraih tangan dokter yurin.

“ne yoora~a” angguk dokter yurin sambil tersenyum menatap yoora yang kegirangan.

“eonni, jeongmal gomawoyo. Aku akan datang setiap minggu menemui eonni disini.” yoora menarik Dokter yurin dan memeluknya.

“ne yoora. Kau harus menjaga kesehatanmu. Kalau setiap minggu kesini itu harus.” Jawab Dokter yurin. Melepaskan pelukan dan menatap yoora. “oh. Bolehkah eonni?” tanya yoora lagi.

“yah. Itu memang harus yoora. Karena kau harus memeriksakan kesehatanmu.” Jawab Dokter yurin sambil mengacak – acak rambut yoora.

“oh. Geurae.” Angguk yoora sambil tersenyum. “sekarang kau lebih baik ganti bajumu. Eonni harus memeriksa pasien lainnya. Hati – hati di jalan yoora~a.” Dokter yurin meninggalkan yoora dan donghae didalam ruangan.

“yoora~a, oppa akan membayar uang administrasi yang tersisa. Kau bisa ganti baju dan mengemasi pakaianmu kan?” tanya donghae tiba – tiba.

“oh, ne oppa!” angguk yoora.

Tiba – tiba donghae berlari keluar meninggalkan yoora sendiri. ia berlari mencari dokter yurin, dari kejauhan ia melihat dokter yurin sedang berjalan di hadapannya.


###


Yurin POV

“ikut aku!” tiba – tiba donghae menarik tangan ku ke sudut rumah sakit tempat kami sering bicara.

“aduuh, sakit!! Lepaskan donghae-ssi!!” teriak ku berusaha melepaskan cengkraman donghae di pergelangan tangan. Tapi, cengkraman itu cukup kuat. Sehingga mau tak mau aku mengikuti donghae dengan sedikit berlari – lari kecil. Sesampai di sudut rumah sakit donghae melepaskan cengkraman itu dan pergelangan tangan ku memerah.

“kenapa kau tidak memberitahu jika yoora sudah bisa keluar hari ini?” tanya donghae manatap ku dengan tajam.

“mian, aku juga tidak tahu tapi dokter specialis bilang dia sudah boleh keluar hari ini” jawab ku sambil menundukkan kepalanya kemudian menatap donghae sayu.

“kau tahu? Ini sangat sulit untukku.” Ujar donghae lirih dan menjatuhkan kepalanya di bahuku. Jantungku serasa akan segera terlepas saat donghae menjatuhkan kepalanya dibahuku. Aku merasakan tubuhnya bergetar hebat. Kami terdiam untuk beberapa saat dan aku mencoba untuk menenangkan detak jantungku yang sangat tidak beraturan ini.

“aku tahu, tapi aku tidak bisa membantu lebih banyak lagi. maafkan aku!” jawab ku dengan lirih juga. Setelah aku bisa menguasai semua kesadaran ku dengan baik. Wajahku terasa memanas dan memerah sepertinya sebentar lagi aku akan menangis.

“baiklah, aku akan menjalani ini semua. Terima kasih untuk semua.” Jawab donghae menarik kepalanya kemudian membungkukan kepalanya tanpa menatapku sedikitpun. Dia Berlalu meninggalkan ku sendiri yang masih berdiri tertegun. Donghae berjalan menuju administrasi untuk membayar uang sisa yang belum dibayar sebelumnya. Setelah membayar donghae kembali berjalan menuju kamar tempat yoora di rawat. Aku menatapnya dari kejauhan, tanpa terasa airmataku mengalir deras disudut mataku. Aku tidak bisa melakukan apa – apa lagi untuknya.


###


Aouthor POV

Didepan koridor donghae melihat yoora sudah berganti pakaian dan sedang berbicara dengan 2 orang perawat. Ia berhenti dan memerhatikan percakapan yang terlihat sangat akrab.

“ganhosa!(perawat), hari ini aku akan pulang. Terima kasih untuk semuanya!” yoora menundukkan badan. “Kalian sudah merawat ku dengan baik, aku akan merindukan kalian saat aku sudah dirumah nanti.” ujar yoora sambil menahan air mata.

“ iya nona, hati – hati di jalan ya? Kami akan merindukanmu.” Jawab perawat yang berbadan kurus.

“kau harus sering – sering berkunjung kesini ya?” ujar perawat yang berbadan gendut sambil menghapus air mata.

“kalian jangan menangis!” ujarnya, kemudian yoora memeluk kedua orang perawat itu bergantian.


###


Donghae POV

Aku tertegun melihat keakraban yoora dengan kedua perawat itu. “yoora adalah orang yang memberikanku banyak perubahan dalam hidup ini. Dia juga yang..”

“oppa!!” seketika aku tersadar dari lamunan dan yoora beserta kedua perawat sudah berdiri di hadapanku.

“ne!”

“ayo, kita pulang!”

“ne, ayoo kita pulang!” jawabku dengan wajah yang dipaksa untuk gembira.

“ lets goo!! Bye perawaat!!” yoora mengangkat tangannya dan berjalan meninggalkan dua perawat juga aku yang masih berdiri tertegun melihat keceriaannya.

“oh ne!” aku tersadar dari lamunananku, ketika Tiba – tiba perawat berbadan kurus menarik lengan kemejaku.aku membalikkan badanku menatap perawat itu.

“tolong jaga dia dengan baik. Jangan membuat dia sedih, jangan meninggalkannya sebelum ingatannya kembali.” ujar perawat itu.

“iya, aku akan membuat selalu bahagia.” Jawabku sambil membungkukkan badanku.

“opppa!! Paliii..palli~aaaa!!” teriak yoora dari ujung koridor. aku berlari menyusul dan mensejajari langkah yoora. Sesampai didepan rumah sakit aku mencari taksi yang akan mengantarkan aku dan yoora pulang.

“untuk sementara kau tinggal di dorm oppa. Karena apartemen mu sedang dalam perbaikan.” Ujarku sambil menatap keluar jendela. Kemudian aku menatap supir taxi yang sedari tadi menatapku dengan tajam. Sepertinya dia mengenaliku.

Karena apartemen mu sedang dalam perbaikan.” Ujarku sambil menatap keluar jendela. Kemudian aku menatap supir taxi yang sedari tadi menatapku dengan tajam. Sepertinya dia mengenaliku..



Nah. Readers!! Aku baru nulis sampe sini nih. Nanti aku bakal post kelanjutannya. Masih banyak kejadian yang g bakal disangka – sangka terjadi serta hal – hal lucu ketika yoora bertemu dengan orang – orang baru! Apa kalian penasaaaraaan???


Comment dong ya menurut kalian gimana? Buat readers yang beruntung bakal ikut masuk nih nanti *kayak undian yah?” hahahhahaaa... :D

Monday, July 25, 2011

YOU'RE MY ENDLESS LOVE

Aku harus mulai dari mana.? Aku bingung “ gumamku sambil mengacak – acak rambut ku. Huh. Kenapa tiba – tiba ide itu hilang semua dari otak ku.? Aku menghempaskan badan di kursi dan menatap jam di pergelangan tangan ku. Sudah pukul 2 dini hari.

“hoaaamm” rasa ngatuk mulai menghinggapi ku. Saatnya tidur sepertinya. Berjalan ketempat tidur dan menghempaskan badan dengan keras. Aku tertidur seketika.

“beep.beep.beeep. kriiing..kriiingg..!!” suara alarm ku berbunyi keras. Dengan malas – malasan aku melihat alarm dan “asataga” aku tersentak terbangun. Jam 8 pagi. “aaaaa. Aku telat..!!” teriakku sambil berlari kekamar mandi dan 15 menit kemudian aku meninggalkan rumah ku tercinta. Yang sudah 3 tahun ku tinggali. Aku berlari kegarasi dan syukur aku tidak terjebak macet tapi aku terlambat masuk kantor dengan waktu yang cukup lama. 1jam 15 menit. Aku bergegas menuju ruangan ku takut pak bos melihat ku dan aku pasti dapat surat tegoran yg kedua kalinya.

Aku mengendap – endap menuju meja ku dengan berjalan jongkok. Semua staff yang melihat ku tertawa terkekeh dan mengeleng – gelengkan kepala. “heh, ngapain kamu jongkok – jongkok.? Emang ini tempat olah raga” Sebuah suara mengejutkan ku. Mendadak ruangan yang riuh oleh tawaan menjadi hening.

Sebuah suara yang asing bagiku, bukan pak boss. Bukan rangga dan bukan pula suara feby teman kantorku yang selalu bersama ku. Aku berdiri dan merapikan pakaian ku, berbalik dan melihat kearah orang menenggurku tadi. Dan “KAMU.!!!” Teriakku. Laki – laki itu terkejut semua mata menatapku. Feby yang berdiri dibelakang laki – laki itu memberikan isyarat kepadaku supaya jangan membuat keributan seperti biasanya. “KAMU.!!” Laki – laki itu membalas dengan suara yang sama lantangnya dengan ku. “ngapain kamu dikantor ku.? Mau ngelakuin hal bejad lagi.? apa tidak ada laki – laki lain lagi diluar sampai – sampai kamu kekantor ku.??” Gumamku. Feby dan rangga tiba – tiba menepuk jidatnya yang membuat aku makin bingung. Kenapa kantor ini hening dan melihat ke arahku. Muka laki – laki itu memerah dan berlalu meninggalkan aku.

Feby mendekat kea rah ku. “kamu kenal dia siapa.?” “kenal, dia kan laki – laki mesum dicafe tempat aku menunggu kalian berdua kemarin masa peluk - peluk cewe tempat umum.? g punya malu bener” gumamku dengan muka berapi – api. “selain itu kamu engga tau apa.?” Sahut rangga dengan muka penuh Tanya. “engga” aku mengelengkan kepala. “aduhhhhh..” feby mendorong kepalaku seperti biasanya saat kebodohanku sedang kumat. “emang ada apa eh.?” Aku menatap semua orang diruangan.

“DIA ITU BOSS BARU KITA, PENGANTI PAK BOS. BODOH.!!” Semua staff berteriak dengan kompak menatap kearah ku. “JANGAN BERISIK” teriak sekretaris boss baru ku yang aku sebut cowo mesum. Tiba – tiba hening dan kembali melakukan pekerjaannya lagi.  “hah, YANG BENER.?” Teriakku “ia, dia bos baru kita. Dia sepertinya ontime, tidak suka dengan kata telat.!” Sahut feby berjalan menuju meja kerjanya. “aduh, bagaimana ini.?? aku gimana ga.? Dipecat engga ya ga.?” Gumamku menatap kearah rangga yang ada di sebelahku dengan wajah pucat.
Rangga mengangkat bahu, membesarkan matanya sambil mengangkat kedua telapak tangannya pertanda kalo dia juga tidak tau bagaimana nasib ku.

“huuh, gubraaak..!” aku meletakkan kunci mobil dan tas dimeja tamu dengan keras. “aku bebas hari ini sepertinya boss baru tidak mempermasalahkan kata – kata ku tadi. Tapi gimana kalo besok dia mencariku dan malam ini masih memikirkan berapa pesangon yang akan aku dapat di pemecatan ini.? aku harus bekerja dimana lagi kalo begini.? Aku harus bersusah payah lagi mencari kerja.?” Gumamku dalam hati. “aaaagggrrrhh..!!” teriakku dan menjatuhkan badanku diatas sofa biru kesayangan ku. Ada teddy bear biru yang selalu menemaniku 3 tahun ini.
Semenjak kepergian Fabian dari sisi ku. Dia selalu menemani malamku. Aku kembali ke 3 tahun yang lalu. Fabian meninggal setelah kecelakaan yang kami berdua alami, mobil yang Fabian kendarai menabrak pohon ditepi jalan karena ada sebuah tronton yang ugal – ugalan.

Malam itu adalah malam ke 3 tahun kebersamaan ku dengan nya. Tapi takdir malah memisahkan kami berdua. Kenyataannya adalah aku harus kehilangan mata ku dan mengalami koma selama 1 minggu. Sedangkan Fabian mengalami patah tulang kaki dan tangannya. Fabian masih tetap sadar. Saat dia mengetahui aku mengalami kebutaan akibat kecelakaan karena ada benturan dikepalaku. dia memutuskan untuk mendonorkan matanya untukku. Dia memilih untuk meninggalkan hari – hari yang sebenernya masih bisa kami jalani walaupun ada kekurangan di akhirnya tapi karena komplikasi itu dia selamanya meninggalkan aku sendiri disini.

Aku teringat 3 tahun yang lalu. Saat aku bisa melihat dan aku ingin bertemu Fabian.
“mana Fabian ma.?” Aku menatap mama yang sibuk mengupas apel. “Fabian.?” Mama menatapku dengan terkejut. “ia mama, Fabian calon menantu mama.” Gumamku dengan bersinar – sinar. “Fabian, ada kok” papa mendekat  dan membelai kepala ku. Mama berhenti mengupas apel dan mengusap kedua kelopak matanya. Kak randi yang ada di ujung mentapku dengan mata sayu. “kalian kenapa.? Kenapa tiba – tiba hening gini.? Ma. Pa. kak .!! bilang sama aku Fabian kenapa.? Fabian mana pa.? aku menarik – narik baju papa. Papa memelukku seketika kak randi berlari keluar. Mama masih duduk dengan muka yang ditutupi kedua telapak tangannya. “yang sabar ya. Anak papa pasti kuat, anak papa pasti tegar. Anak pap pasti bisa ngelewati ini. “ gumam papa dengan suara yang sedikit getir tanpa hilang sedikitpun suaranya berwibawa. “Pa. Cia masih labil, dokter bilang belum boleh ada tekanan sedikitpun untuk dia” gumam mama dengan suara serak. “tapi cia harus tau ma masalh Fabian.” Sahut papa dan menatap mataku. Membuat ku semakin penasaran.

“Fabian udah engga ada lagi nak.!” Ucap papa dan memeluk tubuh ku dengan erat. Aku tergugu seperti patung. Tidak bisa berbicara apapun. Lidah ku kelu hanya air mata yang terus menetes tanpa bisa ditahan sedikitpun. Mama mendekat dan memelukku. “mama. Yakin kamu bisa mengahadapi ini sayang. Mama yakin kamu anak yang kuat.” Mama memelukku yang tergugu dengan air mata yang terus mengalir.
15 menit kemudian aku berteriak seperti tidak terkendali. Otak ku mulai bekerja dengan baik mencerna semua ucapan papa “FABIAN UDAH ENGGA ADA” Fabian pergi meninggalkan aku sendiri tanpa ada kata perpisahan. Hanya ada sebuah teddy bear biru yang dulu selalu aku inginkan dari Fabian. Fabian meninggalkan begitu banyak kenangan, Fabian meninggalkan mata yang dulu begitu aku sukai dan menjadi bagian dari organ tubuhku. Mata hitam tajam itu sekarang menjadi milik ku. Menjadi bagian yang penting dalam kehidupanku.
Aku teringat kembali saat – saat aku mulai belajar untuk melupakan Fabian. Seperti anak kecil berjalan. Aku harus di arah kan untuk kemana aku berjalan. Diarahkan untuk melakukan semuanya. Hanya ada mama. Papa. Kak randi dan feby yang selalu menjaga ku.

Tidak ada tempat disudut hatiku untuk menepatkan orang lain pengganti Fabian dihatiku. Rangga yang terang – terangan menyukaiku pun tak bisa mengoyahkan itu. Aku menyeka air mata yang mengalir disudut mata ku. Berdiri dan berjalan menuju laptop yang ada di atas meja kerja ku dan aku mendengarkan suara rekaman terakhir Fabian yang lirih:
“cia sayang. Ini aa ian, saat kamu denger rekaman ini pasti aa ian udah g ada disamping dd lagi. ”
Aa ian minta mav ya, engga nepati semua janji aa sama dd. Aa engga bisa nolak semua takdir tuhan de.
Aa memang harus duluan tinggalin dd. Aa harap dd kuat sepeninggal aa. Aa yakin dd bisa berdiri sendiri tanpa aa. Aa mau dd engga sedih seperti aa tinggalin dd ke jepang sama korea 2 minggu yang lalu. Dd engga mau makan, engga mau kuliah. Engga mau ngelakuin semua dan diem aja dikamar.aa g mau dd gitu.!!
 Aa mau dd ngelakuin semuanya kayak biasanya, seperti aa masih disamping dd. Aa yakin ini sakit buat dd tapi aa yakin ada yang lebih baik yang dibuat tuhan buat dd sama aa. Jangan nangis sayang. Aa tau dd sekarang nangis. Aa sayang banget sama dd, kalo tuhan takdirin kita sama – sama lagi pasti itu bakal keulang lagi semua ini walau itu bukan raga aa tapi hatinya milik aa. Kamu terus jalani semua cita – cita yang kita ingin capai dulu ya de. Aa titip mata aa buat dd, jaga selalu mata itu ya sayang. Cuma kenangan, teddy bear biru yang dd pinta sama aa pas pulang dari korea kemarin, mata aa buat dd dan cinta aa buat dd selamanya itu yang bisa aa kasih. Aa sayang sama dd selamanya. Cia, ingetkan kata Patah tumbuh, hilang berganti.? artinya kan cia tau inget terus kata – kata itu. You’re my endless love cia. Love you.

“teeet” rekaman itu berakhir. Aku menyeka air mata ku yang kembali meleleh dengan sendirinya.  Aku membuka AIMP2 dan mendengarkan lagu Super junior – you’re my endless love yang selalu menemaniku saat menjelang tidur.
“heh, tumben lu ia udah dikantor jam segini.?” Suara feby mengejutkan ku, aku hanya menanggapinya dengan senyuman terpaksa dan masih memegang fotoku dengan Fabian yang terakhir kalinya. “mata lu bengkak cia. Lu nangis ya.?? Inget Fabian pasti kan.?” Feby mendekat dan melihat mata ku yang bengkak. “kamu selalu gini cia, aku kan udah bilang. Jangan tangisi Fabian, biarin dia tenang disana kalo kamu inget trus dia g bakalan tenang.” “apaan sih lo feb.? bisa diem engga.? Pagi – pagi udah ceramah engga karuan, kalo ngasilin duit sih silahkan aja” gumam mbak titi dan di sambutan anggukan staff yang lainnya.

“mbak cia, dipanggil sama pak Fabian keruanganya.” Gumam seorang OB yang mendatangiku. “Fabian.?” Aku tersentak. “bos baru kita itu cia, kamu belum tau namanya ya.?” Gumam mbak titi yang tiba – tiba celetuk. “belum” gelengku. “ya, udah sana gih. Ngadap bos baru ganteng. Jangan – jangan gara kemarin kamu dipanggil nih cia.” Celetuk mbak titi kemudian lengannya disikut feby. Aku berdiri dan menatap mata mereka satu persatu dan beranjak keruangan boss baru yang mesum itu.

“ada apa.? Bapak panggil saya.?” Celetuk ku dengan lantang. Laki – laki yang berdiri membelakangi ku berbalik dengan santai dan mentap kearahku dengan tatapan tajam kemudian tersenyum sinis. “sepertinya kamu lupa ya tugas kamu hari ini apa.?” Gumamnya dan meletakkan kedua tangannya diatas meja. “apa.?” Sahutku. “kamu bagian kebendaharaan tapi pelupa.? Papa ku bilang kamu yang terbaik dan paling bisa diandalkan.? Apanya ini.?” tersenyum sinis dan menyandarkan bahunya dikursi. “waaaahh. Aku lupa.!!” Teriakku sambil menepuk jidat, aku berlari keluar mengambil laporan bulanan yang sudah keselesaikan 1 minggu yang lalu.

Hari terus berganti, pandangan terhadap bos baru yang aku lihat disebuah café sedang mencium seorang laki – laki tidak berubah. Masih tetap menganggapnya laki – laki mesum yang aneh. Dikantor dia selalu melakukan berbagai hal yang membuat ku kesulitan. Tapi semuanya bisa ku handle dengan baik dan selesai dengan baik pula, selalu membuatku pulang larut malam karena kerjaan yang seharusnya bukan untukku tapi diberikan kepadaku juga.
Dan hari kesabaranku habis juga akhirnya “ aaaagggrrrhhh….!!” aku berteriak dan semua staff menatapku dengan padangan yang terkejut juga bingung. “lu kenapa cia teriak – teriak ini kantor. Gimana kalo bos ganteng itu denger kamu dimarah loh.?” Feby berlari mendekat kemeja kerjaku. “eh, persetan ya mau didenger bos ganteng kek. Jelek kek. MESUM sekalian kek. Engga perduli akuny..!!” teriakku makin keras feby menutup mulutku membuat teriakan ku hilang seketika. “apaan sih pake teriak – teriak.?” Rangga mendekat. “gimana aku engga kesal ga, masa tugas yang bukan buat aku, aku juga yang ngerjainnya.?” “masa sih.? Coba liad.?” Rangga mengambil 1 file yang ada diatas meja. “ia, ini kerjaan aku cia. Aku bantu gimana.? Rangga menatapku dengan berbinar – binar. “serius ga.?” “ah, rangga mah apa yang lo suruh mau semua cia. Dy kan suka sama lo.!” Celetuk feby menunjuk kea rah rangga.

“eheem. Siapa suruh kamu minta bantu orang.?” Sebuah suara terdengar dibelakangku. “Kerjakan sendiri itu tugas kamu.! Nanti yang pinter bukan kamu tapi dia” tanpa ekspresi dan berlalu menuju ruangannya. Kata – kata itu yang terdengar familiar di telingga ku. Yah, kata yang sering Fabian pakai saat aku malas mengerjakan tugas dan meminta dia mengerjakannya. Aku mengambil file yang ada ditangan rangga dan berlari menyusul. “kamu tau dari mana kata – kata tadi.?” Celetukku sambil menunjuk kearahnya. “aku tau dari mana.?” Dia tersenyum sinis dan menatapku cukup lama. “KAMU TAU KATA – KATA ITU DARI MANA.??” Teriakku. Dia berhenti menatapku dan memandang keluar.
5 menit, 10 menit dan 15 menit aku menunggunya untuk menjawab pertanyaan ku. Tak ada satu kata yang keluar, aku berlari keluar, menggambil tas kerja ku dan meninggalkan kantor dengan bergegas, semua menatap kearahku.
“cia, kamu engga kerja sayang.?” Mama mengetuk pintu kamarku, aku tetap diam sambil memeluk teddy bear.

“mama masuk ya.?” Tanya mama kembali, aku tetap terdiam. “teek” suara pintu terbuka, mama disana menatapku dengan penuh kekhawatiran dan medekat kearahku duduk dipinggir tempat tidur. “aku males kerja ma” gumam ku lirih. “kenapa sayang.? Apa karena Fabian.?” Aku menatap mama seolah – olah bertanya mama tau semua dari mana.? “mama tau sayang, feby cerita ke mama dan Fabian ada didepan, dy mau ketemu kamu katanya. Kamu ketemu ya.? Ini udah hari ke-7 fabian kesini kamu masih engga mau ketemu juga.” Gumam mama sambil mengelus rambutku.
“sekali engga tetap engga ma.!’ Teriakku “cia, kamu harus realities Fabian masa lalu kamu udah 3 tahun meninggal. Kamu masih engga bisa ngelupain dia juga, kamu seharusnya bisa bedain mana nyata mana kenangan.!” Suara mama meninggi tanda dia sudah cukup kesal menghadapi kekerasan ku dan meninggalkan ku sendiri dikamar.

Marhajamyuhnsaranghaduhn manheun naldeurui giuhki, Muhmchulsu uhbneun naui gaseumi, Jamdeulgoshipeun nae mameul ggaewoone Let it go, Dora bogo shipeun nuhui choouhki ijen, Sajinsoge iyagiroman nama,You're my endless love..!!”
Suara nada dering telpon ku berbunyi untuk yang keberapa kalinya. “ah, paling rangga lagi” celetukku dan membiarkan telpon terus berbunyi. “tok.tok.tok” suara ketukan pintu yang terburu dan terkesan kasar. “siapa.??” Teriakku menuju pintu membukanya. “cia, lu mesti ikut gua atau engga lo bakalan nyesel selamanya.!” Feby dengan nafas yang terengah – engah. “kenapa emang.?” Dengan muka bingung aku menatap kearah feby. “fab, fab,fab..!!” teriak feby sambil menunjuk – nunjuk keluar “fab,fab,fab apa.?” Membuatku semakin bingung. “fabiaaan..!!!” teriak feby. “Fabian.?” Teriakku “Fabian kenapa.?” Teriakku Sambil mengoncang – goncang tubuh feby. “Fabian kecelakaan cia, dia suka sama kamu sejak pertama ketemu dan cewe yang dipeluknya kemarin itu adikku ia, dia kemarin kesini terus pengen temuin kamu mau jelasin semuanya tapi kamu sinis bener sama dia. maafin aku kalo engga bilang sama kamu sejak awal dia itu sepupu ku” Gumam feby lirih. Aku merasakan sebuah perasaan takut kehilangan yang pernah aku rasakan dulu. Yah, aku panic sangat panic bahkan. Fabian, orang yang dulu aku cintai telah pergi dan sekarang Fabian yang dikirim tuhan yang dua kalinya pun mungkin akan pergi lagi, aku akan sangat menyesal karena telah mengacuhkannya. “Fabian maafkan aku..!! jujur aku mulai menyukaimu” teriakku didalam hati. Airmata ku terus mengalir sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tempat Fabian dirawat.

Feby mengengam erat tanganku yang berkeringat dingin. Tubuhku bergetar tapi tetap ku paksakan berjalan aku ingin bertemu Fabian, aku ingin Fabian masih bisa tersenyum sinis seperti kemarin. Aku mau Fabian menemaniku ketaman dimana aku bersama Fabian yang dulu selalu kunjungi. Aku ingin Fabian ini menjadi penggantinya tuhan. Sepanjang perjalanan menuju ruangan tempat Fabian dirawat aku terus berdoa didalam hati supaya dia masih tetap ada. Airmata ku terus mengalir tanpa bisa dibendung lagi. 10 langkah dari tempat Fabian dirawat aku memberhentikan langkahku. “kenapa cia.?”Tanya feby lirih. Aku tak menjawab dan menatap lurus.

Didepan sana aku melihat sosok tinggi putih, rambut yang tertutup perban, lengan yang diperban karena lecet sedang tertawa dengan  lepas. Disana berdiri juga kakak ku randi. Airmata ku tak terbendung lagi. terima kasih tuhan dia masih ada. Dia memang untukku. “heh, ngapain mewek sih.?” Tiba – tiba suara itu ada didekatku dan merangkulku erat.

Seakan tak akan pernah lepas lagi. aku terus menangis mengucap terima kasih kepada tuhan yang tetap menjaganya untukku. “jangan nangis lagi dong cia.!” Mata itu menatapku dengan tajam. “Aku engga akan kemana – mana aku tau kamu takut aku pergi kan.?” “huh, plaaak.!! kamu bikin aku jantungan tau.!!”teriakku “maafin aku cia, tadi salah becak sih abis orang udah klason masih aja lewat aja. Udah tau aku mau ketemu princess” gelaknya tertawa diikuti feby kak randi dan kedua orang tua Fabian. “saranghae cia” bisik Fabian kemudian mencium keningku. “terima kasih tuhan, telah mengirimkan Fabian yang baru untukku. Walaupun muka dan postur tubuhnya jauh dari mirip dengan Fabian ku dulu. Tapi hatinya tetap sama dengan Fabian ku dulu. You’re my endless love Fabian.” Aku bergumam didalam hati, menatap mata Fabian dan tersenyum dengan senyuman yang paling manis ku miliki. dia kehidupan ku yang akan datang.

ahahaha :D
karangan yang aku dapat dalam waktu 4 jam, menurut kalian bagus atau jelek.??
coment ya.?? :D
gomawo buat Yesung & Yeowook yang udah jadi inspirator ku :D ahahha

Ku beri kau judul HUJAN

hujan deras itu akhirnya turun.. setelah beberapa saat sangat gersang dan kering.. tanah kembali lembab, tanaman kembali tersenyum dan udara...