Hal yang terjadi didepan, kita tidak pernah tahu..
Kita atau siapapun tidak punya kekuatan yang bisa menebak seperti apa masa depan masing-masing..
Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan apapun yang akan kita dapatkan besok, lusa, seminggu lagi, 2 minggu lagi atau tahun selanjutnya..
Yang saya tahu, apa yang kita lakukan hari ini atau kemarin..
Jika ia baik maka akan kembali dengan baik..
Tapi, jika itu buruk maka hal buruk itu juga akan kembali, meski kadang tak semua orang menyadarinya..
Itu kenapa kita harus percaya karma.
.
Hal yang juga tidak bisa kita tebak adalah jodoh..
Jujur! yang punya telinga. siapapun itu, mungkin telingany panas tiap kali dapat pertanyaan
"kamu kapan nyusul?"
((Dikira lari kali ya? Jadi disangka bisa dikejar.))
"Gandengannya mana? Kok sendirian?
((Tau sih, truk itu ada yang gandengan. Busway itu ada yang beriringan kayak couple..))
"Inget umur! Makanya cari pasangan gih!"
((Kemungkinn pasangnny tukang hitung umur kali y?))
.
Jujur, Saya bukan tipe orang yg benci menikah muda..
Menikah adalah hak setiap orang sepanjang orang itu siap lahir dan bathin.
Tapi, kalau saya menikah muda?
Kita atau siapapun tidak punya kekuatan yang bisa menebak seperti apa masa depan masing-masing..
Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan apapun yang akan kita dapatkan besok, lusa, seminggu lagi, 2 minggu lagi atau tahun selanjutnya..
Yang saya tahu, apa yang kita lakukan hari ini atau kemarin..
Jika ia baik maka akan kembali dengan baik..
Tapi, jika itu buruk maka hal buruk itu juga akan kembali, meski kadang tak semua orang menyadarinya..
Itu kenapa kita harus percaya karma.
.
Hal yang juga tidak bisa kita tebak adalah jodoh..
Jujur! yang punya telinga. siapapun itu, mungkin telingany panas tiap kali dapat pertanyaan
"kamu kapan nyusul?"
((Dikira lari kali ya? Jadi disangka bisa dikejar.))
"Gandengannya mana? Kok sendirian?
((Tau sih, truk itu ada yang gandengan. Busway itu ada yang beriringan kayak couple..))
"Inget umur! Makanya cari pasangan gih!"
((Kemungkinn pasangnny tukang hitung umur kali y?))
.
Jujur, Saya bukan tipe orang yg benci menikah muda..
Menikah adalah hak setiap orang sepanjang orang itu siap lahir dan bathin.
Tapi, kalau saya menikah muda?
Entahlah ya, saya tidak yakin! ((Saya tidak ingin mendahului takdir untuk bilang “Tidak”, entah siapa tahu besok ada yang dateng ngelamar ya?))
.
Tapi, untuk menikah muda hanya karena sudah lelah dengan segala permasalahan hidup dan butuh seseorang yang bisa menopangmu saat sedih. Apa itu tidak terlalu buruk untuk dia yang akan hidup denganmu hingga tua?
Itu juga, kalau orang yang akan menjadi istri/suamimu bisa dan mau menopangmu saat sedih?
Bagaimana jika dia bersikap tidak perduli?
Pernah dengar lelucon tentang perbedaan sebelum menikah dan setelah menikah?
Sebelum menikah:
“ ๐ง: sayang!!! Aku luka nih. Keiris pisau (Nangis drama)
๐ฆ : ya ampun sayang, kita kedokter yuk, obatin luka kamu. Nanti infeksi lagi. (Lebih drama lagi)
Setelah menikah:
๐ง: sayang!!! Aku luka nih, keiris pisau. (Nangis drama)
๐ฆ: makanya!!! Kalo kerja pakai mata. Luka dikit juga.. Nih. Bersihin pakai betadin trus pasang plester. Aku mau nonton bola!! (Ditinggalin didapur)
.
Jujur! awalny saya pikir itu hanya lelucon tapi ternyata benar. Ada beberapa orang yang berubah setelah menikah.
.
Kenapa saya punya pikiran jika pernikahan muda itu tidak mudah?
Karena pengalaman dan lingkungan.
Saya pernah hidup ditengah-tengah orang yang menikah muda. ((Sebagai penonton bukan pelakunya ya๐))
Saya pernah hidup ditengah-tengah orang yang menikah muda. ((Sebagai penonton bukan pelakunya ya๐))
Dimana mereka sulit untuk bertahan, toh! Meski mereka bertahan hanya karena malu dengan pandangan orang lain. Jika seperti itu, maka kekerasan rumah tangga akan sering terjadi. Kekerasan rumah tangga bukan hanya menampar, memukul atau hal yang menyakiti fisik. Tapi, dengan perkataan yang menyakitkan juga sebuah hal yang salah..
Itu kenapa menikah muda menurut saya rentan. Banyak faktor kenapa menikah muda banyak berakhir dengan perpisahan.
Entah karena rasa cemburu yang berlebihan..
Emosi yang masih tidak bisa terkontrol..
Merasa paling benar tanpa mau mendengarkan satu sama lain..
Satu hal yang paling krusial adalah penghasilan perbulan atau kasarnya pekerjaan.
Kita harus hidup. Butuh makan, butuh minum, pakaian dan berbagai printilannya..
Belum lagi kalau punya anak? Anaknya butuh mainan, gak mungkin kan ngerebut mainan punya anak tetangga?
Entah karena rasa cemburu yang berlebihan..
Emosi yang masih tidak bisa terkontrol..
Merasa paling benar tanpa mau mendengarkan satu sama lain..
Satu hal yang paling krusial adalah penghasilan perbulan atau kasarnya pekerjaan.
Kita harus hidup. Butuh makan, butuh minum, pakaian dan berbagai printilannya..
Belum lagi kalau punya anak? Anaknya butuh mainan, gak mungkin kan ngerebut mainan punya anak tetangga?
Saat Anak harus sekolah? Okelah untuk setingkat SD. anak-anak disaat itu tidak terlalu banyak membutuhkan uang.
Tapi saat dia SMP? SMA? Atau KULIAH?
.
Dari situlah, awal semua masalah dan ((kebanyakan) kejadian orang tua dimasa lalu akan terulang.
Jika orang tuanya tidak benar-benar memiliki biaya untuk menyekolahkan. Kebanyakan dari mereka menyuruh putra/putri mereka untuk menyerah atas keinginan mereka bersekolah dan menyuruh mereka bekerja untuk hidup sehari-hari. Itu lebih baik jika orang tua mereka meminta mereka bekerja untuk anak laki-laki. Tapi, bagi anak perempuan? Kebanyakan dari orang tua mereka meminta untuk mencari suami dan menikah saja supaya mereka tidak membebani hidup orang tua.
.
Disaat seperti itu, kebanyakan anak-anak mereka berpikir. “Kenapa saya harus dilahirkan jika akhirnya harus seperti ini?”
“Saya lelah dengan kehidupan saya seperti ini dan menikah adalah hal yang terbaik untuk kesulitan ini”
Itu adalah pemikiran yang salah menurut saya!
.
Jangan dulu menikah hanya karena lelah atas permasalah hidup, malu karena umur, teman-teman sudah menikah semua, pingin punya temen pergi kekondangan atau mungkin takut kehabisan jodoh(?)
Jika hal-hal itu menjadi alasan untuk menikah? bukan menikah yang sesungguhnya yang dikejar tapi GENGSI dimata keluarga yang terus bertanya “kapan”, dimata teman-teman yang selalu pamer kemesraan bersama pasangan mereka atau dimata tetangga yang sering bergosip dan sok perduli karena belum menikah seakan mereka akan menopang kehidupanmu di masa depan.
.
Menurut saya, pernikahan bukan tentang kehidupan suami dan istri saja. Tetapi kehidupan anak dimasa depan juga.
Kehidupan masa depan mereka harus terjamin. Seperti sekolah mereka, mereka bisa mencapai cita-cita yang mereka inginkan bukan meminta mereka untuk menyerah karena tak memiliki biaya.
.
Sampai disini dulu deh tulisan saya. Sebenernya masih panjang banget.
Tapi saya lapar, mau sarapan dulu hahaa..
Oya, ini hanya pemikiran saya saja. Bukan untuk menentang, menolak atau menyudutkan. Ini adalah hal-hal yang saya pernah lihat dilingkungan saya.