Aku
harus mulai dari mana.? Aku bingung “ gumamku sambil mengacak – acak rambut ku.
Huh. Kenapa tiba – tiba ide itu hilang semua dari otak ku.? Aku menghempaskan
badan di kursi dan menatap jam di pergelangan tangan ku. Sudah pukul 2 dini
hari.
“hoaaamm”
rasa ngantuk mulai menghinggapi ku. Saatnya tidur sepertinya. Berjalan ketempat
tidur dan menghempaskan badan dengan keras. Aku tertidur seketika.
“beep.beep.beeep.
kriiing..kriiingg..!!” suara alarm ku berbunyi keras. Dengan malas – malasan
aku melihat alarm dan “asataga” aku tersentak bangun. Jam 8 pagi. “aaaaa. Aku
telat..!!” teriakku sambil berlari kekamar mandi dan 15 menit kemudian aku meninggalkan
rumah ku. Yang sudah 3 tahun ku tinggali. Aku berlari kegarasi dan syukur aku
tidak terjebak macet tapi aku terlambat masuk kantor dengan waktu yang cukup
lama. 1jam 15 menit. Aku bergegas menuju ruangan ku takut pak bos melihat ku
dan aku pasti dapat surat tegoran yg kedua kalinya.
Aku
mengendap – endap menuju meja ku dengan berjalan jongkok. Semua staff yang
melihat ku tertawa terkekeh dan mengeleng – gelengkan kepala.
“heh, ngapain kamu jongkok –
jongkok.? Emang ini tempat olah raga” Sebuah suara mengejutkan ku. Mendadak
ruangan yang riuh oleh tawaan menjadi hening.
Sebuah
suara yang asing bagiku, bukan pak boss. Bukan rangga dan bukan pula suara feby
teman kantorku yang selalu bersama ku. Aku berdiri dan merapikan pakaian ku,
berbalik dan melihat kearah orang menenggurku tadi. Dan
“KAMU.!!!” Teriakku. Laki – laki itu
terkejut semua mata menatapku. Feby yang berdiri dibelakang laki – laki itu
memberikan isyarat kepadaku supaya jangan membuat keributan seperti biasanya.
“KAMU.!!” Laki – laki itu membalas dengan suara yang sama lantangnya dengan ku
“ngapain kamu dikantor ku.? Mau ngelakuin hal
bejad lagi.? apa tidak ada laki – laki lain lagi diluar sampai – sampai kamu
kekantor ku.??” Gumamku. Feby dan rangga tiba – tiba menepuk jidatnya yang
membuat aku makin bingung. Kenapa kantor ini hening dan melihat ke arahku. Muka
laki – laki itu memerah dan berlalu meninggalkan aku.
Feby
mendekat kearah ku. “kamu kenal dia siapa.?” “kenal, dia kan laki – laki mesum
dicafe tempat aku menunggu kalian berdua kemarin” gumamku dengan muka berapi –
api. “selain itu kamu engga tau apa.?” Sahut rangga dengan muka penuh Tanya.
“engga” aku mengelengkan kepala. “aduhhhhh..” feby mendorong kepalaku seperti
biasanya saat kebodohanku sedang kumat. “emang ada apa eh.?” Aku menatap semua
orang diruangan.
“DIA ITU BOSS BARU KITA, PENGANTI
PAK BOS. BODOH.!!” Semua staff berteriak dengan kompak menatap kearah ku.
“JANGAN BERISIK” teriak sekretaris
boss baru ku yang aku sebut cowo mesum. Tiba – tiba hening dan kembali
melakukan pekerjaannya lagi.
“hah, YANG BENER.?” Teriakku “ia,
dia bos baru kita. Dia sepertinya ontime, tidak suka dengan kata telat.!” Sahut
feby berjalan menuju meja kerjanya. “aduh, bagaimana ini.?? aku gimana ga.?
Dipecat engga ya ga.?” Gumamku menatap kearah rangga yang ada di sebelahku
dengan wajah pucat.
Rangga
mengangkat bahu, membesarkan matanya sambil mengangkat kedua telapak tangannya
pertanda kalo dia juga tidak tau bagaimana nasib ku.
“huuh, gubraaak..!” aku meletakkan
kunci mobil dan tas dimeja tamu dengan keras. “aku bebas hari ini sepertinya
boss baru tidak mempermasalahkan kata – kata ku tadi. Tapi gimana kalo besok
dia mencariku dan malam ini masih memikirkan berapa pesangon yang akan aku
dapat di pemecatan ini.? aku harus bekerja dimana lagi kalo begini.? Aku harus
bersusah payah lagi mencari kerja.?” Gumamku dalam hati. “aaaagggrrrhh..!!”
teriakku dan menjatuhkan badanku diatas sofa biru kesayangan ku. Ada teddy bear
biru yang selalu menemaniku 3 tahun ini.
Semenjak kepergian Fabian dari sisi
ku. Dia selalu menemani malamku. Aku kembali ke 3 tahun yang lalu. Fabian
meninggal setelah kecelakaan yang kami berdua alami, mobil yang Fabian kendarai
menabrak pohon ditepi jalan karena ada sebuah tronton yang ugal – ugalan.
Malam
itu adalah malam ke 3 tahun kebersamaan ku dengan nya. Tapi takdir malah
memisahkan kami berdua. Kenyataannya adalah aku harus kehilangan mata ku dan
mengalami koma selama 1 minggu. Sedangkan Fabian mengalami patah tulang kaki
dan tangannya. Fabian masih tetap sadar. Saat dia mengetahui aku mengalami
kebutaan akibat kecelakaan karena ada benturan dikepalaku. dia memutuskan untuk
mendonorkan matanya untukku. Dia memilih untuk meninggalkan hari – hari yang
sebenernya masih bisa kami jalani walaupun ada kekurangan di akhirnya tapi
karena komplikasi itu dia selamanya meninggalkan aku sendiri disini.
Aku
teringat 3 tahun yang lalu. Saat aku bisa melihat dan aku ingin bertemu Fabian.
“mana Fabian ma.?” Aku menatap mama
yang sibuk mengupas apel. “Fabian.?” Mama menatapku dengan terkejut. “ia mama,
Fabian calon menantu mama.” Gumamku dengan bersinar – sinar. “Fabian, ada kok”
papa mendekat dan membelai kepala ku.
Mama berhenti mengupas apel dan mengusap kedua kelopak matanya. Kak randi yang
ada di ujung mentapku dengan mata sayu. “kalian kenapa.? Kenapa tiba – tiba
hening gini.? Ma. Pa. kak .!! bilang sama aku Fabian kenapa.? Fabian mana pa.?
aku menarik – narik baju papa. Papa memelukku seketika kak randi berlari
keluar. Mama masih duduk dengan muka yang ditutupi kedua telapak tangannya.
“yang sabar ya. Anak papa pasti kuat, anak papa pasti tegar. Anak pap pasti
bisa ngelewati ini. “ gumam papa dengan suara yang sedikit getir tanpa hilang
sedikitpun suaranya berwibawa.
“Pa. Cia masih labil, dokter bilang
belum boleh ada tekanan sedikitpun untuk dia” gumam mama dengan suara serak.
“tapi cia harus tau ma masalh Fabian.” Sahut papa dan menatap mataku. Membuat
ku semakin penasaran.
“Fabian udah engga ada lagi nak.!”
Ucap papa dan memeluk tubuh ku dengan erat. Aku tergugu seperti patung. Tidak
bisa berbicara apapun. Lidah ku kelu hanya air mata yang terus menetes tanpa
bisa ditahan sedikitpun. Mama mendekat dan memelukku. “mama. Yakin kamu bisa
mengahadapi ini sayang. Mama yakin kamu anak yang kuat.” Mama memelukku yang
tergugu dengan air mata yang terus mengalir.
15
menit kemudian aku berteriak seperti tidak terkendali. Otak ku mulai bekerja
dengan baik mencerna semua ucapan papa “FABIAN UDAH ENGGA ADA” Fabian pergi
meninggalkan aku sendiri tanpa ada kata perpisahan. Hanya ada sebuah teddy bear
biru yang dulu selalu aku inginkan dari Fabian. Fabian meninggalkan begitu
banyak kenangan, Fabian meninggalkan mata yang dulu begitu aku sukai dan
menjadi bagian dari organ tubuhku. Mata hitam tajam itu sekarang menjadi milik
ku. Menjadi bagian yang penting dalam kehidupanku.
Aku
teringat kembali saat – saat aku mulai belajar untuk melupakan Fabian. Seperti
anak kecil berjalan. Aku harus di arah kan untuk kemana aku berjalan. Diarahkan
untuk melakukan semuanya. Hanya ada mama. Papa. Kak randi dan feby yang selalu
menjaga ku.
Tidak
ada tempat disudut hatiku untuk menepatkan orang lain pengganti Fabian dihatiku.
Rangga yang terang – terangan menyukaiku pun tak bisa mengoyahkan itu. Aku
menyeka air mata yang mengalir disudut mata ku. Berdiri dan berjalan menuju
laptop yang ada di atas meja kerja ku dan aku mendengarkan suara rekaman
terakhir Fabian yang lirih:
“cia sayang. Ini aku fabian, saat kamu denger rekaman ini pasti aku udah g ada disamping kamu lagi. ”
Aku minta maaf ya, engga
nepati semua janji aku sama kamu. Aku engga bisa nolak semua takdir tuhan.
aku memang harus duluan
tinggalin kamu. aku harap kamu kuat sepeninggal aku. aku yakin kamu bisa
berdiri sendiri, melewati hari – hari tanpa aku. aku mau kamu engga sedih
seperti aku tinggalin kamu ke jepang 2
minggu yang lalu. Kamu engga mau makan, engga mau kuliah. Engga mau ngelakuin
semua dan diem aja dikamar. Aku g mau
kamu begitu.!!
Aku mau kamu ngelakuin semuanya kayak biasanya,
seperti aku masih disamping kamu. aku yakin ini sakit buat kamu tapi aku yakin
ada yang lebih baik yang dibuat tuhan buat kamu sama aku.
Jangan nangis sayang. aku
tau kamu sekarang nangis. Aku sayang banget sama kamu, kalo tuhan takdirin kita
sama – sama lagi pasti itu bakal keulang lagi semua ini walau itu bukan raga
aku tapi hatinya milikku. Kamu terus jalani semua cita – cita yang kita ingin capai
dulu ya ci. aku titip mataku buat kamu, jaga selalu mata itu ya sayang. Cuma
kenangan, teddy bear biru yang kamu pinta sama aku pas pulang dari korea kemarin,
mataku dan cintku selamanya itu yang
mungkin akan tertinggal selamanya. Aku sayang sama kamu selamanya. Cia,
ingetkan kata Patah tumbuh, hilang berganti.? artinya kan cia tau inget terus
kata – kata itu. You’re my endless love cia. Love you.
“teeet”
rekaman itu berakhir. Aku menyeka air mata ku yang kembali meleleh dengan
sendirinya. Aku membuka AIMP2 dan
mendengarkan lagu Super junior – you’re my endless love yang selalu menemaniku
saat menjelang tidur.
###
“heh, tumben lu ia udah dikantor jam
segini.?” Suara feby mengejutkan ku, aku hanya menanggapinya dengan senyuman
terpaksa dan masih memegang fotoku dengan Fabian yang terakhir kalinya. “mata
lu bengkak cia. Lu nangis ya.?? Inget Fabian pasti kan.?” Feby mendekat dan
melihat mata ku yang bengkak. “kamu selalu gini cia, aku kan udah bilang.
Jangan tangisi Fabian, biarin dia tenang disana kalo kamu inget trus dia g
bakalan tenang.” “apaan sih lo feb.? bisa diem engga.? Pagi – pagi udah ceramah
engga karuan, kalo ngasilin duit sih silahkan aja” gumam mbak titi dan di
sambutan anggukan staff yang lainnya.
mbak cia, dipanggil sama pak Fabian
keruanganya.” Gumam seorang OB yang mendatangiku. “Fabian.?” Aku tersentak.
“bos baru kita itu cia, kamu belum tau namanya ya.?” Gumam mbak titi yang tiba
– tiba celetuk. “belum” gelengku. “ya, udah sana gih. Ngadap bos baru ganteng.
Jangan – jangan gara kemarin kamu dipanggil nih cia.” Celetuk mbak titi
kemudian lengannya disikut feby. Aku berdiri dan menatap mata mereka satu
persatu dan beranjak keruangan boss baru yang mesum itu.
“ada apa.? Bapak panggil saya.?”
Celetuk ku dengan lantang. Laki – laki yang berdiri membelakangi ku berbalik
dengan santai dan mentap kearahku dengan tatapan tajam kemudian tersenyum
sinis. “sepertinya kamu lupa ya tugas kamu hari ini apa.?” Gumamnya dan
meletakkan kedua tangannya diatas meja. “apa.?” Sahutku. “kamu bagian
kebendaharaan tapi pelupa.? Papa ku bilang kamu yang terbaik dan paling bisa
diandalkan.? Apanya ini.?” tersenyum sinis dan menyandarkan bahunya dikursi.
“waaaahh. Aku lupa.!!” Teriakku sambil menepuk jidat, aku berlari keluar
mengambil laporan bulanan yang sudah keselesaikan 1 minggu yang lalu.
###
Hari
terus berganti, pandangan terhadap bos baru yang aku lihat disebuah café sedang
mencium seorang laki – laki tidak berubah. Masih tetap menganggapnya laki –
laki mesum yang aneh. Dikantor dia selalu melakukan berbagai hal yang membuat
ku kesulitan. Tapi semuanya bisa ku handle dengan baik dan selesai dengan baik
pula, selalu membuatku pulang larut malam karena kerjaan yang seharusnya bukan
untukku tapi diberikan kepadaku juga.
Dan
hari kesabaranku habis juga akhirnya “ aaaagggrrrhhh….!!” aku berteriak dan
semua staff menatapku dengan padangan yang terkejut juga bingung. “lu kenapa
cia teriak – teriak ini kantor. Gimana kalo bos ganteng itu denger kamu dimarah
loh.?” Feby berlari mendekat kemeja kerjaku. “eh, persetan ya mau didenger bos
ganteng kek. Jelek kek. MESUM sekalian kek. Engga perduli akuny..!!” teriakku
makin keras feby menutup mulutku membuat teriakan ku hilang seketika. “apaan
sih pake teriak – teriak.?” Rangga mendekat. “gimana aku engga kesal ga, masa
tugas yang bukan buat aku, aku juga yang ngerjainnya.?” “masa sih.? Coba
liad.?” Rangga mengambil 1 file yang ada diatas meja. “ia, ini kerjaan aku cia.
Aku bantu gimana.? Rangga menatapku dengan berbinar – binar. “serius ga.?” “ah,
rangga mah apa yang lo suruh mau semua cia. Dy kan suka sama lo.!” Celetuk feby
menunjuk kea rah rangga.
“eheem. Siapa suruh kamu minta bantu
orang.?” Sebuah suara terdengar dibelakangku. “Kerjakan sendiri itu tugas
kamu.! Nanti yang pinter bukan kamu tapi dia” tanpa ekspresi dan berlalu menuju
ruangannya. Kata – kata itu yang terdengar familiar di telingga ku. Yah, kata yang
sering Fabian pakai saat aku malas mengerjakan tugas dan meminta dia
mengerjakannya. Aku mengambil file yang ada ditangan rangga dan berlari
menyusul.
“kamu tau dari mana kata – kata
tadi.?” Celetukku sambil menunjuk kearahnya. “aku tau dari mana.?” Dia
tersenyum sinis dan menatapku cukup lama. “KAMU TAU KATA – KATA ITU DARI
MANA.??” Teriakku. Dia berhenti menatapku dan memandang keluar. 5 menit, 10
menit dan 15 menit aku menunggunya untuk menjawab pertanyaan ku. Tak ada satu
kata yang keluar, aku berlari keluar, menggambil tas kerja ku dan meninggalkan
kantor dengan bergegas, semua menatap kearahku.
“cia, kamu engga kerja sayang.?”
Mama mengetuk pintu kamarku, aku tetap diam sambil memeluk teddy bear. “mama
masuk ya.?” Tanya mama kembali, aku tetap terdiam. “teek” suara pintu terbuka,
mama disana menatapku dengan penuh kekhawatiran dan medekat kearahku duduk
dipinggir tempat tidur.
“aku males kerja ma” gumam ku lirih.
“kenapa sayang.? Apa karena Fabian.?” Aku menatap mama seolah – olah bertanya
mama tau semua dari mana.? “mama tau sayang, feby cerita ke mama dan Fabian ada
didepan, dy mau ketemu kamu katanya. Kamu ketemu ya.? Ini udah hari ke-7 fabian
kesini kamu masih engga mau ketemu juga.” Gumam mama sambil mengelus rambutku.
“sekali engga tetap engga ma.!’
Teriakku “cia, kamu harus realities Fabian masa lalu kamu udah 3 tahun
meninggal. Kamu masih engga bisa ngelupain dia juga, kamu seharusnya bisa
bedain mana nyata mana kenangan.!” Suara mama meninggi tanda dia sudah cukup
kesal menghadapi kekerasan ku dan meninggalkan ku sendiri dikamar.
“Marhajamyuhnsaranghaduhn
manheun naldeurui giuhki, Muhmchulsu uhbneun naui gaseumi, Jamdeulgoshipeun nae
mameul ggaewoone Let it go, Dora bogo shipeun nuhui choouhki ijen, Sajinsoge
iyagiroman nama,You're my endless love..!!”
###
Suara nada dering telpon ku berbunyi
untuk yang keberapa kalinya. “ah, paling rangga lagi” celetukku dan membiarkan
telpon terus berbunyi.
“tok.tok.tok” suara
ketukan pintu yang terburu dan terkesan kasar. “siapa.??” Teriakku menuju pintu
membukanya.
“cia, lu mesti ikut
gua atau engga lo bakalan nyesel selamanya.!” Feby dengan nafas yang terengah –
engah.
“kenapa emang.?”
Dengan muka bingung aku menatap kearah feby. “fab, fab,fab..!!” teriak feby
sambil menunjuk – nunjuk keluar “fab,fab,fab apa.?” Membuatku semakin bingung.
“fabiaaan..!!!” teriak feby.
“Fabian.?” Teriakku “Fabian kenapa.?” Teriakku
Sambil mengoncang – goncang tubuh feby. “Fabian kecelakaan cia.” Gumam feby
lirih. Aku merasakan sebuah perasaan takut kehilangan yang pernah aku rasakan
dulu. Yah, aku panic sangat panic bahkan. Fabian, orang yang dulu aku cintai
telah pergi dan sekarang Fabian yang dikirim tuhan yang dua kalinya pun mungkin
akan pergi lagi, aku akan sangat menyesal karena telah mengacuhkannya.
“Fabian maafkan aku..!!
jujur aku mulai menyukaimu” teriakku didalam hati. Airmata ku terus mengalir
sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tempat Fabian dirawat.
Feby mengengam erat tanganku yang
berkeringat dingin. Tubuhku bergetar tapi tetap ku paksakan berjalan aku ingin bertemu
Fabian, aku ingin Fabian masih bisa tersenyum sinis seperti kemarin. Aku mau
Fabian menemaniku ketaman dimana aku bersama Fabian yang dulu selalu kunjungi.
Aku ingin Fabian ini menjadi penggantinya tuhan. Sepanjang perjalanan menuju
ruangan tempat Fabian dirawat aku terus berdoa didalam hati supaya dia masih
tetap ada. Airmata ku terus mengalir tanpa bisa dibendung lagi. 10 langkah dari
tempat Fabian dirawat aku memberhentikan langkahku.
“kenapa cia.?”Tanya feby lirih. Aku tak
menjawab dan menatap lurus. Didepan sana aku melihat sosok tinggi putih, rambut
yang tertutup perban, lengan yang diperban karena lecet sedang tertawa
dengan lepas. Disana berdiri juga kakak
ku randi. Airmata ku tak terbendung lagi. terima kasih tuhan dia masih ada. Dia
memang untukku.
“heh, ngapain mewek
sih.?” Tiba – tiba suara itu ada didekatku dan merangkulku erat. Seakan tak
akan pernah lepas lagi. aku terus menangis mengucap terima kasih kepada tuhan
yang tetap menjaganya untukku.
“jangan nangis lagi
dong cia.!” Mata itu menatapku dengan tajam. “Aku engga akan kemana – mana aku
tau kamu takut aku pergi kan.?” “huh, plaaak.!! kamu bikin aku jantungan
tau.!!”teriakku “maafin aku cia, tadi salah becak sih abis orang udah klason
masih aja lewat aja. Udah tau aku mau ketemu princess” gelaknya tertawa diikuti
feby kak randi dan kedua orang tua Fabian.
“I love you” bisik
Fabian kemudian menciumm keningku. “terima kasih tuhan, telah mengirimkan
Fabian yang baru untukku. Walaupun muka dan postur tubuhnya jauh dari mirip
dengan Fabian ku dulu. Tapi hatinya tetap sama dengan Fabian ku dulu. You’re my
endless love Fabian.” Aku bergumam didalam hati, menatap mata Fabian dan
tersenyum dengan senyuman yang paling manis ku miliki. dia kehidupan ku yang
akan datang.
"too short yah?? g tp kalian bisa image sendiri gimana bisa si feby sm fabian saling suka.." kkkk~
No comments:
Post a Comment